ChanelMuslim.com- Istri orang Indonesia pahalanya besar. Ia sebagai istri, sebagai ibu, sebagai pengurus rumah, sekaligus sebagai pencari nafkah.
Para istri di Indonesia memang luar biasa. Mereka terbiasa dengan rangkap fungsi. Bukan karena berbagai kelebihan. Tapi karena keadaan yang membentuknya demikian.
Wanita menjadi luar biasa karena biasa. Hal yang awalnya terasa tidak mungkin, seiring waktu, menjadi mungkin dan biasa.
Di Indonesia, Wanita Lebih Kuat dari Pria
Tak banyak yang menyadari kalau di negeri ini wanita jauh lebih kuat dari pria. Silakan dicek kesehariannya. Siapa yang bangun tidur lebih awal: suami atau istri? Dan, siapa yang tidur paling akhir: suami atau istri? Terlebih lagi di bulan Ramadan.
Dari sisi penampakan, istri memang terlihat lebih lemah. Lembut. Tapi lihatlah dari segi fungsi ganda yang kerap dilakoninya. Istri, boleh jadi, jauh lebih kuat dari para suami. Baik fisik maupun psikisnya.
Ada candaan di masyarakat awam. Silakan perhatikan keumuman yang akan terjadi jika salah satu dari suami atau istri yang wafat lebih dulu. Mana yang lebih survive, lebih sehat wal afiat: suami ketika istri wafat lebih dulu. Atau, istri ketika suami wafat lebih dulu.
Candaan itu mengatakan, istri jauh lebih sehat wal afiat ketika suaminya wafat lebih dulu di banding suami ketika istrinya wafat lebih dulu. Kenapa?
Karena para istri terbiasa dengan fungsi ganda itu. Ia bisa sebagai istri, ibu, dan pencari nafkah sekaligus. Sementara suami, ia memang terbiasa sebagai pencari nafkah. Tapi, bisakah ia sebagai pengurus rumah, sebagai ibu pengganti untuk anak-anak mereka? Jangan-jangan, untuk mengurus diri sendiri saja tidak mampu. Karena selama ini, yang kerap mengurusnya adalah sosok istri.
Buat Keseimbangan Baru
Mempersoalkan siapa yang berhak dan siapa yang bertanggung jawab secara harfiah, kadang tidak memberikan banyak solusi. Karena kenyataan hidup ini kadang lebih banyak tidak sesuai teori. Jalani saja apa yang bisa dilakoni.
Seperti, suami yang tidak lagi bekerja karena seribu satu keadaan yang memaksa. Kalau saklek dengan teori, maka tidak akan ada penghasilan yang diperoleh. Suami nganggur, istri maunya tetap hanya mengurus suami, anak, dan rumah.
Keadaan darurat seperti ini bukan satu atau dua kali terjadi. Dan, bukan hal langka terjadi di kalangan keluarga Indonesia. Mau tidak mau, istri mengambil peran ganda.
Dalam situasi ini, harus ada keseimbangan baru yang dibentuk pasangan itu. Karena jika satu orang berada di dua atau tiga pos yang berbeda, maka perlu pasangannya mengambil alih pos yang tidak terjaga.
Contoh, ketika istri akhirnya memilih berdagang atau wiraswasta, maka pos mengurus rumah dan urusan anak-anak menjadi agak lowong. Karena sebagian besar waktunya terfokus di dunia “luar” rumah.
Saat itulah, suami mengambil pos yang lowong itu untuk ditutup dengan baik. Ia harus belajar mahir mengurus rumah, atau mengasuh anak-anak. Diupayakan agar hal ini bersifat darurat. Karena pos yang sebenarnya untuk suami dan istri memang bukan di situ.
Kalau pun memang akhirnya, pos itu menjadi posisi terbaik untuk istri karena hobi atau bakat. Maka, suami bisa menjadi tenaga cadangan kalau suatu saat istri kembali ke posisi alaminya di rumah dan anak-anak. Setidaknya, posisi itu menjadi fleksibel.
Dengan kata lain, bukan cuma istri yang bisa berfungsi ganda. Suami pun dituntut untuk bisa seperti itu. Ia sebagai suami, ayah, dan juga mahir mengurus rumah dan anak-anak. [Mh]