ChanelMuslim.com – Ibu rumah tangga lebih rentan mengalami depresi dari pada ibu bekerja. Depresi tidak hanya bisa terjadi pasca ibu melahirkan tapi bisa juga terjadi setelah bertahun-tahun menjalani pernikahan.
Ibu rumah tangga lebih banyak tenggelam dalam pekerjaan harian sehingga perasaannya tidak sempat mendapat perhatian. Ibu rumah tangga tenggelam dalam tumpukan pakaian kotor, tumpukan piring kotor dan celoteh anak-anak. Seperti ada tuntutan untuk memiliki rumah yang bersih dan teratur serta anak-anak yang montok. Namun jarang sekali pujian dan perhatian diberikan kepada ibu rumah tangga.
Seorang ibu menyampaikan keluh kesahnya,
Seringkali saya merasa sesak di dada setiap kali mengingat betapa menyedihkan hidup saya. Setiap pagi berjibaku menyiapkan anak sekolah dan suami bekerja, menyiapkan sarapan. Begitu semua berangkat ke aktifitas masing-masing, saya harus berjibaku lagi merapihkan rumah. Segala pekerjaan rumah membuat kepala saya pusing dan telinga berdenging.
Belum lagi anak-anak yang berkelahi, tantrum dan sering membantah tambah membuat kepala saya semakin sakit. Ditambah lagi kalau anak sakit, hari-hari saya semakin panjang. Suami kalau diajak ngomong jawabnya cuma, “Disabarin aja.”
Belum lagi pendapat, seharusnya saya bisa bekerja kantoran jadi orang gajian karena menjadi ibu rumah tangga itu menjadi bukan siapa-siapa.
Malam-malam saya sering menangis diam-diam sementara suami tidur di samping saya. Saya merasa kesepian dan tidak berharga. Saya merasa saya memang bukan siapa-siapa. Suara saya tidak terdengar dan keinginan saya tidaklah penting. Saya menjadi tidak punya tujuan, hanya menjalani rutinitas setiap hari. Saya merasa menciut dan semakin menciut sampai-sampai saya merasa, punya perasaan itu tidak penting. Saya ingin menghilang.
Depresi pada ibu rumah tangga tidak hanya karena pekerjaan rumah yang seolah tiada henti tapi juga penghargaan yang minim dari orang-orang di sekitarnya. Ditambah koreksi dari orang lain tentang bagaimana mereka menjalani rutinitas hariannya yang terkadang dengan kalimat merendahkan dan membanding-bandingkan. Itu semakin membuat ibu rumah tangga merasa tidak berharga.
Salah satu solusinya adalah komunikasi, karena perempuan butuh didengar. Jangan abaikan apa yang dikeluhkan perempuan. Suami perlu mengerti dan mencari solusi dari apa yang dikeluhkan istrinya karena pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak-anak bukanlah tugas istri seorang. Suami mempunyai tanggung jawab yang besar pada istri dan anak-anaknya.
Menata kembali rumah tangga secara bersama-sama. Saling mendengar dan saling mengerti. Anak-anak juga perlu dilibatkan. Ajak mereka untuk memahami bahwa rumahku surgaku butuh kerja keras ayah, ibu dan anak-anak. (MAY)