CINTA itu ujian. Seseorang akan diuji lewat yang mereka cintai. Suami atau istri akan diuji dengan pasangannya. Orangtua akan diuji dengan anaknya. Pencinta harta dan dunia akan diuji dengan harta dan dunia juga. Begitu juga dengan para nabi seperti Ibrahim as.
Baca Juga: Belajar Menumbuhkan Cinta dan Kasih Sayang
Cinta itu Ujian
Di sebuah bukit, Ibrahim meninggalkan kekasihnya, Hajar dan buah cinta mereka, Ismail. Didirikannya sebuah gubuk sederhana sekedar untuk dapat berteduh.
Sekarung kurma dan segentong air adalah harta yang ditinggalkannya untuk istri dan anaknya. Akhirnya Ibrahim membawa Hajar dan Ismail ke daerah tandus dan kering. Daerah kosong tanpa ada penduduk yang menempatinya. Tetapi daerah itulah tempat yang aman untuk Hajar dan Ismail.
Aman dari rasa cemburu Sarah. Selain itu mereka juga aman karena perlindungan dari Allah Swt. karena daerah tempat tinggal mereka dekat dengan Baitul Atiq, rumah tempat ibadah pertama di bumi.
Pada waktu Mekah masih berupa tanah kosong yang tidak berpenghuni. Hanya suku badui yang memiliki kebiasaan berpindah tempat, sesekali singgah. Juga suku mamalik yang hidup di sekitar terkadang masuk ke Mekah untuk mencari air.
Sebelumnya hajar belum menyadari jika ia dan anaknya harus hidup di daerah tandus ini. Ketika ia menyadari jika Ibrahim hendak meninggalkan mereka, ia sempat membujuk Ibrahim agar tidak meninggalkan mereka.
Namun meski dengan hati yang bersedih, Ibrahim telah membulatkan tekadnya untuk pergi dan tidak menolehkan kepalanya ke belakang.
Hajar berteriak, “Suamiku, benarkah engkau akan pergi meninggalkan kami sendiri di sini?”
Ibrahim terdiam dan tetap tidak menolehkan pandangannya ke arah Hajar.
“Apakah ini perintah Allah?” teriak Hajar lagi.
“Benar!” seru Ibrahim.
Mendengar hal itu, menjadi legalah hati Hajar karena ia sangat percaya kepada Allah. Allah tidak akan membiarkan diri dan anaknya menderita.
Allah akan selalu melindungi mereka. Ia mengikuti Ibrahim dengan pandangan matanya. Ia ikhlas dengan keputusan Ibrahim karena itu perintah Allah.
Ketabahan Hajar kelak menjadi dasar dari berkembangnya Mekah sebagai tempat ibadah pertama di bumi. Sebelum benar-benar menjauh dari istri dan anaknya, Ibrahim menengadahkan tangan seraya berdoa, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati.
Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat maka jadikanlah hati sebagian manusia menjadi cenderung kepada mereka. Dan berilah rezeki kepada mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim:37) [MAY/Cms]