ChanelMuslim.com- Pernikahan itu menyatukan dua keluarga. Saling kenal dan memahami menjadi dasar agar yang menyatu tidak merenggang.
Indonesia tergolong bangsa yang unik. Keragamannya bisa dibilang super. Ada begitu banyak suku, bahasa daerah, budaya, dan selera.
Dalam perbedaan itu, pernikahan salah satu sarana yang mampu menyatukan yang sebelumnya berbeda. Berbeda dalam suku, bahasa, termasuk juga selera. Tentunya, bukan berbeda agama.
Perbedaan itu Keniscayaan
Cinta dan nikah itu tidak bisa dilokalisir. Tidak bisa pemuda Jakarta hanya boleh menikah dengan gadis Jakarta saja. Tidak bisa pula misalnya, gadis minang hanya boleh menikah dengan pemuda minang saja. Bahkan, dalam skala pulau dan negara.
Jodoh kalau sudah datang, tidak membatasi wilayah, suku, bahasa, dan budaya. Hanya agama yang bisa membatasi itu. Karena hal ini bersangkutan dengan akidah atau keyakinan.
Tapi perbedaan lainnya, termasuk negara, bukan hal yang perlu dipersoalkan. Karena jodoh dan cinta tak mengenal batas-batas itu.
Yang harus disiapkan adalah lapang dada. Rasanya, tidak perlu ada fanatisme lokal yang membatasi area jodoh dan cinta.
Tidak perlu ada anggapan bahwa suku ini yang mulia dan yang itu biasa saja. Suku yang ini terhormat dan yang itu rendahan. Dan seterusnya.
Tidak perlu juga ada mitos-mitos sesat tentang menyatunya dua suku dalam rumah tangga. Bahwa suku ini tidak bisa menikah dengan suku itu. Kalau dipaksakan, maka akan pisah di tengah jalan. Dan lainnya.
Tidak boleh juga ada stigma atau cap negatif terhadap suatu suku dari pandangan subjektif suku lainnya. Seperti, “Eh jangan nikah dengan suku ini, mereka kan kasar dan galak-galak.” Atau, “Jangan nikah dengan suku itu, mereka pelit.” Dan seterusnya.
Semua cap itu sangat picik. Hanya menyimpulkan dari suatu kasus yang sempit. Tidak semua yang di suku itu seperti yang distigmakan itu. Karena di suku mana pun, ada sifat-sifat yang bervariasi. Ada yang galak, ada yang lembut. Ada yang dermawan, ada juga yang pelit.
Jadi, bukan karena sukunya yang membentuk sifat baik atau buruk seseorang. Tapi karena masing-masing individu itu sendiri.
Selama masih dalam satu akidah, tak ada perbedaan yang perlu dipersoalkan. Segala perbedaan itu akan luruh sendirinya dalam proses panjang interaksi suami istri. [Mh/bersambung]