ChanelMuslim.com – Surat Yasin ayat 48 berisi tentang pertanyaan angkuh dari orang-orang Kafir. Mereka bertanya kapan datangnya hari kiamat. Hal tersebut mereka tanyakan sebagai salah satu bentuk pengingkaran kepada ayat-ayat Allah.
Baca Juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 47, Bakhil adalah Sifat Orang Kafir
Isi Surat Yasin Ayat 48
ويَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan mereka berkata, “Kapan datangnya janji ini jika kalian jujur (benar)?”
Dilansir channel telegram TAFSIR AL-QUR’AN yang mengutip dari buku “TAFSIR SURAT YAASIN”, Ustaz Abu Utsman Kharisman, orang-orang Kafir itu mendustakan janji Allah.
Mereka mempertanyakan kapan datangnya hari kiamat sebagai bentuk penentangan karena para Nabi mengabarkan akan datangnya hari kiamat saat manusia dibangkitkan dari kubur mereka dan dibalas sesuai amal perbuatan mereka.
Karena ketidakyakinan mereka akan datangnya hari kiamat itu, orang-orang kafir tersebut menantang dan ingin disegerakan datangnya hari kiamat itu.
Orang-orang beriman takut akan datangnya hari kiamat dan mereka mempersiapkan amal dan bertaubat kepada Allah untuk menyongsong datangnya hari kiamat itu.
Hari kiamat tidaklah diketahui kecuali hanya oleh Allah. Hal yang dibutuhkan oleh umat Islam adalah mempersiapkan datangnya hari kiamat itu dengan taat kepada Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarangNya.
Uma Islam berjuang untuk taat kepada Allah dengan mengerjakan amal sholih. Namun, kalau pun seseorang kurang dalam amalnya, mereka masih bisa berharap kecintaan mereka kepada Allah, kecintaan kepada Nabi, kecintaan kepada para Sahabat Nabi, bisa memberikan manfaat bagi mereka di akhirat.
Baca Juga: Surat Yasin Ayat 45 dan 46, Takutlah terhadap Azab
Bentuk Cinta kepada Allah dan Rasul
Mencintai Allah dan Rasul-Nya bukanlah dengan mengada-adakan kebid’ahan yang tidak pernah dituntunkan Nabi dalam beribadah kepada Allah, tetapi bukti kecintaan kepada Allah adalah dengan meneladani Sunnah Rasul shollallahu alaihi wasallam.
Mengerjakan Sunnah Nabi meskipun tidak banyak dan hanya sederhana, maka itu jauh lebih baik dan tidak bisa dibandingkan daripada banyak dan sering mengerjakan kebid’ahan-kebid’ahan meski alasannya adalah karena cinta kepada Rasul. [Cms]