KEDEKATAN Nabi Yusuf dengan ayahnya, Nabi Ya’qub, bisa kita saksikan dalam penggalan surah Yusuf ayat empat dan lima.
Namun sebelum itu kita perlu tahu bahwa Nabi Yusuf adalah anak yang sangat dicintai oleh ayahnya. Yusuf memiliki sepuluh saudara yang berbeda ibu, dan satu saudara seibu, bernama Bunyamin. Sepuluh saudaranya yanga beda ibu ini telah dewasa, dan bisa bekerja sendiri membantu ayahnya, Ya’qub. Ibu dari sepuluh saudara Yusuf ini juga masih hidup.
Sedangkan Yusuf dan Bunyamin saat itu belum dewasa. Ibunya telah meninggal dunia saat keduanya masih kecil, sehingga ayahnya lebih mengistimewakan Yusuf dan Bunyamin dibandingkan sepuluh saudaranya yang lain. Hal inilah yang membuat sepuluh saudaranya ini iri dan berniat jahat kepada Yusuf.
Baca Juga: Surah Yusuf Ayat 1-3: Kisah Terbaik dalam Al-Quran
Kedekatan Nabi Yusuf dengan Ayahnya
Saat berkumpul mereka berkata “Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai ayah daripada kita, padahal kita adalah anak-anaknya yang paling berjasa dan yang telah banyak membantu ayah bekerja. Sungguh, ayah kita ini benar-benar telah melakukan kesalahan pada kita.”
——————–
Suatu ketika Yusuf datang kepada ayahnya. Ia menceritakan mimpinya kepada ayahnya sebagaimana yang tercantum dalam surah Yusuf ayat empat
اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ – ٤
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”
Kemudian Ya’qub menasihati Yusuf tentang mimpinya itu. Ia tidak berusaha menafsirkan mimpi yang dialami Yusuf namun ia mengajarkan kepada Yusuf bagaimana merespon mimpi tersebut. Respon ini tercantum dalam dalam ayat lima:
قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ – ٥
Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.”
Ya’qub ingin supaya Yusuf tidak menceritakan mimpinya tersebut kepada saudara-saudaranya. Ia mengerti makna mimpi tersebut, bahwa Yusuf suatu saat akan mendapatkan suatu kenikmatan yang besar dan jika saudara-saudaranya tahu maka mereka akan semakin iri dan berusaha membinasakan Yusuf.
Percakapan mengenai mimpi ini menunjukkan kedekatan Yusuf dengan ayahnya, Ya’qub. Bahkan untuk perkara mimpi, yang jika kita bayangkan saat ini mimpi tidaklah penting untuk diceritakana kepada orang tua. Namun berbeda dengan hubungan Yusuf dan Ya’qub ini.
Apalagi jika kita lihat mimpi yang diutarakan oleh Yusuf adalah mimpi yang tampaknya biasa. Mimpi seorang anak kecil yang melihat bintang. Namun, kedekatan Yusuf pada ayahnya ini menjadi bukti, bahkan untuk urusan yang tampaknya remeh Yusuf ceritakan kepada sang ayah.
Ini bisa menjadi cerminan bagi hubungan orang tua dengan anak, betapa pentingnya keterbukaan. Dialog antara ayah dan anak ini bisa membentuk kepribadian anak. Cara seorang ayah memperlakukan anak sangat berpengaruh pada kehidupan anak di masa depan.
Penting juga menjadi refleksi apakah anak saat ini masih sering bercerita kepada ayahnya tentang kejadian yang dia rasakan dan dia alami saat tidak bersama dengannya. Tentang pergaulannya dengan temannya, tentang pekerjaannya, dan tentang kehidupannya di luar sana.
Apakah anak masa kini masih menceritakannya kepada ayahnya semuah hal di atas. Perlu menjadi renungan bagi kita semua, baik yang saat ini berada di posisi seorang ayah ataupun yang berada di posisi sebagai seorang anak. [Ln]