UBAH permusuhan menjadi kebaikan dijelaskan oleh K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. yang menukil surat Fusshilat ayat 34 berikut ini.
وَلَا تَسْتَوِى ٱلْحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُ ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ ﴿٣٤﴾
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”. (Fushshilat: 34)
Allah yang Maha Mengetahui segala rahasia memberitahukan bahwa kebaikan punya pengaruh dan kekuatan yang sangat dahsyat di dalam hati manusia, bahkan di dalam hati orang yang berbuat jahat sekalipun.
Bisa menjinakkan hati yang dikuasai api permusuhan, kecuali hati yang sudah keras membatu. Para da’i harus meyakini hal ini dengan sangat kuat.
Karena orang yang memusuhi orang-orang baik itu selalu ada, maka ayat ini mengajak kita berfikir positif dan mengelola atau mengubah permusuhan itu menjadi kebaikan dan energi kehidupan.
Seharusnya, kita bahkan berterima kasih kepada mereka yang memusuhi kita, karena telah menghadiahkan sekian banyak kebaikan.
Serangan permusuhan itu bisa menghindarkan ghurur (keterpedayaan) atau ‘ujub dan menjaga keseimbangan (tawazun) dalam kehidupan orang beriman.
Karena, orang yang selalu mendengar sanjungan dan pujian bisa membuatnya ghurur atau mengagumi diri sendiri yang justru bisa menghancurkan dirinya (HR Bukhari).
Juga bisa menjaga keseimbangan diri hingga tidak larut dengan sanjungan, sehingga bisa melihat kekurangan.
Baca Juga: Kebaikan Berlimpah dalam Kehidupan Berkeluarga
Ubah Permusuhan Jadi Kebaikan
Serangan permusuhan itu bisa mengingatkan seseorang agar selalu waspada dan instrospeksi, karena mata musuh sangat tajam melihat kekurangan dan kesalahan yang sangat kecil sekalipun.
Sedangkan kawan dekat hanya bisa melihat kebaikan.
Serangan permusuhan itu bisa menguatkan dan mematangkan kepribadian seseorang. Karena hidup ini memerlukan tantangan dan tekanan untuk bisa menjadi kuat.
Karakter jiwa hampir sama dengan karakter fisik, jika tidak mendapat tantangan dan tekanan bisa menjadi lemah dan labil, karena tidak terlatih.
Serangan permusuhan itu juga bisa melatih kesabaran, berlapang dada untuk memaafkan dan menghadiahi pahala sangat besar. Terima kasih, wahai para musuh kebaikan.[ind]
Sumber: https://t.me/robbanimediatama