DALAM level Iqra ketiga telah dibahas tentang makna isyari yang penekanannya bagaimana memahami dan sekaligus merealisasikan makna dan kandungan Al-Qur’an, namun masih dalam batas menggunakan kecerdasan internal manusia, seperti kekuatan kecerdasan akal dan jiwa manusia.
Level Iqra keempat ini sudah berusaha untuk memahami makna-makna halus dan abstrak Al-Qur’an (latha’if Al-Qur’an).
Upaya mengakses level ini tidak cukup dengan mengandalkan kecerdasan internal tetapi sudah mengandalkan kecerdasan eksternal atau supra kesadaran manusia.
Level Iqra Keempat: Memahami Makna Abstrak Al-Quran
Dalam literatur tasawuf kecerdasan eksternal ini sering disebut dengan “pengetahuan keilahian” atau dalam literatur filsafat sering disebut dengan pengetahuan yang datang melesat di dalam benak seseorang tanpa melalui proses belajar-mengajar secara konvensional.
Pengetahuan seperti ini sering disebut atau dihubungkan dengan ilham, yakni kecerdasan yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba pilihan-Nya.
Dalam banyak ayat di Al-Qur’an juga mengisyaratkan adanya tahapan yang harus dilewati setiap orang yang berusaha mencapai puncak kesadaran ini, antara lain
لَتَرْكَينَ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍ
“Sesungguhnya kalian melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).” (QS al-Insyiqaq: 19)
Untuk mencapai kesadaranya yang lebih tinggi tentu juga memerlukan upaya lebih tinggi. Cara mengakses iqra keempat atau kesadaran lebih tinggi diperlukan latihan (riyadhah) dan konsistensi batin secara rutin dan terus menerus (istiqamah).
Tentu saja upaya keras dan sungguh-sungguh secara batin (mujahadah) harus berbanding lurus dengan pemenuhan kewajiban sebagai hamba dan khalifah.
Individu yang bersih lahir dan batin (thaharah) selalu dipertahankan sambil terus bermunajat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Iqra’ keempat ini sudah lebih merupakan akibat dari perjuangan panjang, bukan lagi sebab, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang belajar secara konvensional. Pengetahuan ini juga sering disebut dengan ilmu ladunni, sebagaimana diuraikan di dalam 12 ayat dalam surah al-Kahfi.
Al-Quran mengisyaratkan perlunya manusia terus mencari jalan (suluk) untuk meraih prestasi spiritual lebih tinggi, seperti dinyatakan dalam ayat,
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آدَانُ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتي في الصُّدُورِ
“Maka apakah mereka tidak mengembara di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS al-Hajj: 46)
Iqra keempat akan mengantarkan seseorang untuk memiliki kemampuan membaca apapun yang dilihat atau yang didengarnya sebagai ayat-ayat Allah subhanahu wa ta’ala.
Orang-orang yang mencapai level iqra keempat kualitas spiritualnya sudah lebih peka. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah berikut,
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفاق وفى أَنفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS Fushshilat [41]: 53)
Wallahul Muwaffiq ilaa aqwamith thoriiq
Pemateri: Slamet Setiawan, S.H.I