AMAL-AMAL yang kekal ditulis oleh Ustaz Iman Santoso, Lc. Dalam hadis, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631).
Disebutkan oleh Imam An-Nawawi dalam syarahnya, bahwa amal perbuatan si mayyit terputus dengan wafatnya dia, dan terputus penambahan pahalanya, kecuali pada tiga macam amal tersebut.
Hal itu karena dia sebagai penyebab amal itu, bahwa anak adalah hasil upayanya. Demikian juga ilmu yang ditinggalkannya baik berupa pengajaran, maupun karya tulis.
Begitu juga sedekah yang mengalir, yaitu waqaf.
Secara umum, amal-amal yang kekal adalah amal-amal yang memiliki dampak manfaat yang lama pada manusia.
baca juga: Ayat Al-Quran atau Hadis Ajakan Masuk Surga
Amal-amal yang Kekal, Kajian Hadis Nomor 1631
Dan sesuai hadits di atas, ada beberapa amal yang kekal, dan itu sangat terkait dengan 4 syarat:
1. Ikhlas karena Allah
2. Amalnya benar sesuai ajaran Islam.
3. Memiliki nilai manfaat
4. Bernilai perjuangan (dakwah dan jihad fi sabilillah).
Al- Qur’an menceritakan banyak sekali tokoh yang amal-amalnya kekal dan diabadikan Allah Ta’ala, seperti para nabi dan rasul serta salafus sholih.
Hal itu karena amal mereka telah teruji oleh Allah, tentang keikhlasan mereka, kebenaran, manfaat dan perjuangannya.
Segala amal yang berorientasi pada Allah, kebenaran dan memberi manfaat untuk manusia, maka akan kekal atau berumur panjang di dunia dan di akherat mendapat pahala yang mengantarkan pada surga.
Allah berfirman:
{ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَسَالَتۡ أَوۡدِيَةُۢ بِقَدَرِهَا فَٱحۡتَمَلَ ٱلسَّيۡلُ زَبَدٗا رَّابِيٗاۖ وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيۡهِ فِي ٱلنَّارِ ٱبۡتِغَآءَ حِلۡيَةٍ أَوۡ مَتَٰعٖ زَبَدٞ مِّثۡلُهُۥۚ كَذَٰلِكَ يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡحَقَّ وَٱلۡبَٰطِلَۚ فَأَمَّا ٱلزَّبَدُ فَيَذۡهَبُ جُفَآءٗۖ وَأَمَّا مَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ فَيَمۡكُثُ فِي ٱلۡأَرۡضِۚ كَذَٰلِكَ يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ }
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah ia (air) di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang.
Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti (buih arus) itu.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan (tentang) yang benar dan yang batil.
Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya; tetapi yang bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan” (QS- Ara’d 17).
Al-Qur’an menyebutkan para nabi as yang amalnya kekal karena dakwah dan perjuangan mereka.
Selain para nabi juga orang -orang shalih seperti, Kisah Dzul Qornain, Ashabul Kahfi, Orang beriman yang di lempar ke parit api oleh Ashabul Ukhdud, Maryam, Asiyah, Luqmanul Hakim, Thalut dll.
Demikian juga perjalanan dakwah dan jihad Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersama para sahabatnya, amal mereka diabadikan dalam Al-Qur’an, hadits, siroh dan sejarah perjuangan mereka, seperti Abu Bakar As-Shidiq radhiyallahu anhu, Umar bin Khattab radhiyallahu anhu. Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, Ali bin Abi Thalib dll.
Utsman bin Affan radhiyallahu anhu aset hartanya masih ada sampai sekarang karena waqaf beliau.
Para ulama dalam Islam pasca sahabat itu banyak, tetapi yang masyhur dan karyanya banyak bermanfaat sampai sekarang, di antaranya ulama Madzhab Empat, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam As-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal.
Salah satu rahasia bahwa amal itu kekal atau berumur panjang adalah ikhlas karena Allah.
Sementara orang-orang kafir yang alamnya tidak dilandasi keimanan dan keikhlasan, maka Allah memberikan perumpamaan dalam Al-Quran seperti fatamorgana atau debu:
{ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَعۡمَٰلُهُمۡ كَسَرَابِۭ بِقِيعَةٖ يَحۡسَبُهُ ٱلظَّمۡـَٔانُ مَآءً حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَهُۥ لَمۡ يَجِدۡهُ شَيۡـٔٗا وَوَجَدَ ٱللَّهَ عِندَهُۥ فَوَفَّىٰهُ حِسَابَهُۥۗ وَٱللَّهُ سَرِيعُ ٱلۡحِسَابِ }
Dan orang-orang yang kafir, perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila didatangi tidak ada apa pun.
Dan didapatinya Allah di sisinya. Lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. [Surat An-Nur: 39]
{ مَّثَلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمۡۖ أَعۡمَٰلُهُمۡ كَرَمَادٍ ٱشۡتَدَّتۡ بِهِ ٱلرِّيحُ فِي يَوۡمٍ عَاصِفٖۖ لَّا يَقۡدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَىٰ شَيۡءٖۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلضَّلَٰلُ ٱلۡبَعِيدُ }
Perumpamaan orang yang ingkar kepada Tuhannya, perbuatan mereka seperti abu yang ditiup oleh angin keras pada suatu hari yang berangin kencang.
Mereka tidak kuasa (mendatangkan manfaat) sama sekali dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. [Surat Ibrahim: 18]
Ketika Imam Malik bin Anas ditanya saat akan menulis kitab Al-Muwatho, sementara banyak para ulama lain yang menulis kitab dengan judul yang sama, apa faedahnya engkau mengarang kitab ini:
Imam Malik menjawab:
ما كان لله بقى
Apa yang dilakukan karena Allah maka akan kekal.
Dan kitab Al-Muawwatho Imam Malik inilah salah satu kitab yang kekal sampai sekarang, tentu saja pahalanya terus mengalir pada Imam Malik.
Imam Abu Hanifah terkenal dengan kitab Fiqhul Akbar, Imam As-Syafi’i dengan kitab Al-Umm dan Ar-Risalah dan Imam Ahmad dengan kitab Al-Musnad.
Di samping murid-murid mereka yang sangat banyak sehingga melahirkan madzhab Fiqih bagi umat Islam.
Maka mari kita berlomba untuk melaksanakan amal-amal yang kekal, yang manfaatnya terus mengalir, seperti ilmu yang bermanfaat, waqaf, dan dan jihad, atau bahkan melahirkan dan memperbanyak generasi penerus yang sholih.
Wallahu a’lam bis shawab.[ind]