Yang Dilakukan Pendidik untuk Meraih Banyak Kecerdasan
SIAPA pun butuh pendidik. Karena orang belajar bukan sekadar pada materi yang diajarkan. Tapi juga pada sosok keteladanan yang mengajar.
Porsi Belajar yang Seimbang
Sebagian kita mungkin terjebak pada prestasi klise bahwa pintar itu pada hafalan, logika dan nalar. Hal ini harus segera dikikis. Bahwa, yang harus dipelajari juga hal lain yang terkesan sepele, yaitu, emosional, sosial, dan spiritual.
Mungkin saja para pendidik terkungkung pada kurikulum, target-target semester, dan lainnya. Tapi, tidak berarti bahwa tidak ada celah untuk memuatkan tiga sisi materi di atas untuk diselami anak didik.
Berikan ruang pada anak didik untuk mengekspresikan apa yang tersimpan dalam emosi pribadinya. Dan hal ini butuh tata ruang belajar yang berbeda dari biasanya. Karena cara ini membutuhkan partisipasi yang lebih besar. Bukan didominasi suara pendidik.
Jika itu dilakukan di luar kelas, mungkin akan lebih menarik dan mengena. Terlebih jika ada semacam pentas drama yang membedah sisi emosi, kasus sosial, dan lainnya.
Dari situlah, anak didik akan berada seperti di sebuah drone yang memetakkan karakter, emosi, tingkat sosial umumnya mereka. Latih mereka untuk belajar mengelelola emosi.
Berikan Ruang Belajar Kelompok
Goal dari belajar kelompok bukan sekadar pada capaian kognitif. Tapi pada sisi lain seperti merangsang kecerdasan sosial mereka.
Ajarkan mereka bagaimana berdiskusi, agar mereka mampu mencari solusi dalam kerja bersama. Kikis habis sifat individualis yang mungkin ada dengan memahamkan bahwa semua orang punya kekurangan. Dan obatnya ada pada kelebihan orang lain.
Kecerdasan sosial juga memuat porsi tentang tingkat empati yang memadai. Hal itu terlihat dari bagaimana sebuah diskusi mengambil keputusan akhir yang bisa win win solution.
Jadikan Pendidikan Agama sebagai Pengait
Sebagian kita mungkin juga terjebak bahwa pendidikan agama itu tentang fikih: tentang shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya. Padahal, hal ini hanya sebagian kecil dari cakupan Islam yang begitu luas.
Dasar dari agama adalah aqidah atau keyakinan. Memahamkan aqidah tidak melulu dengan menerima tanpa syarat. Tapi, dengan mengajak mereka bernalar seperti Al-Qur’an mengajak umat manusia bernalar tentang siapa Allah subhanahu wata’ala.
Baru setelah itu, ajarkan mereka tujuan kenapa shalat, dan ibadah lain, kenapa harus jujur, kenapa tak boleh culas, kenapa harus saling mencintai dan bersaudara.
Selama ini, misalnya, anak didik hanya memahami bahwa shalat itu wajib. Menutup aurat itu harus. Dan berdosa jika meninggalkan shalat dan membuka aurat. Tapi, mereka tidak paham kenapa itu diwajibkan. Dan ketidakpahaman inilah yang sebenarnya yang prinsipil.
Ajaran Islam jauh melampaui uraian kecerdasan yang disampaikan ilmu dari Barat. Bahwa, kecerdasan bukan melulu tentang keuntungan materi yang akan didapat. Tapi pendidikan adalah kesolehan anak didik itu sendiri.
Lihatlah output yang dihasilkan dari pendidikan generasi sahabat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Outputnya, prestasi gemilang di semua bidang.
Keteladanan yang Utama
Efektif tidaknya sebuah pendidikan adalah apa yang diperoleh anak didik. Jika hasil pendidikan sebatas apa yang ditulis di atas kertas, maka hal itu masih jauh dari memadai. Efektifnya pendidikan adalah ketika ilmu tertulis di hati para anak didik.
Mentransfer ilmu ke hati anak didik tidak semudah memahamkan mereka tentang teori, nalar, dan logika. Tapi menghidupkan ilmu pada diri seorang pendidik.
Dari situlah ilmu-ilmu Islam menyebar begitu pesat di banyak tempat. Rahasianya, bukan pada penyampaian materi yang memadai. Tapi pada keteladanan di masing-masing pendidik.
Hal ini tidak berarti bahwa pendidik adalah sosok yang serba sempurna. Tapi setidaknya, anak didik melihat energi ilmu dari sosok para pendidik. Antara lain, kejujuran, kesabaran, kerendahan hati, dan kasih sayang.
Semua sifat baik itu adalah pantulan dari energi ilmu yang dimiliki seseorang. Meski masih jauh dari sempurna, tapi setidaknya nyala energi itu masih menjadi energi penarik anak didik untuk semangat dan bergairah belajar. [Mh]