ChanelMuslim.com – Ramai-ramai kuliah ke luar negeri. Melanjutkan studi ke luar negeri sekarang menjadi pilihan generasi Y dan Z. Beragam alasan dilontarkan, mulai dari ingin mencari pengalaman, dorongan ingin kuliah secara mandiri dengan mencari beasiswa sampai pada kenyataan biaya kuliah di luar negeri lebih murah dari pada kuliah di perguruan tinggi swasta dalam negeri.
Dr. Hj. Rini Pura Kirana, M. Eng., yang merupakan founder Sekolah Quran Asy Syahid (SD-SMA) menuliskan alasan ketiga anaknya yang lebih memilih melanjutkan studi ke luar negeri. Berikut ulasannya dengan tajuk Global Citizenship dan Global Leader
Baca Juga: Pelajar Indonesia Jangan Minder Kuliah di Luar Negeri
Ramai-Ramai Kuliah ke Luar Negeri
Setelah wisuda Sayyaf, anak ketiga saya, ada beberapa yang menanyakan (dan ada juga yang menyayangkan), mengapa tiga anak saya lebih memilih untuk kuliah di luar negeri dibanding di dalam negeri?
Ada yang menyampaikan, bahwa PTN kita sebenarnya juga tidak kalah bagus dari PTN LN, dan banyak kelebihan lain yang sebenarnya bisa diperoleh dengan kuliah di dalam negeri.
Saya sebenarnya sama sekali tidak bertentangan dengan pendapat ini karena saya meyakini semua pilihan pasti ada nilai tambah dan kurangnya, dan tentu lengkap dengan segenap konsekuensinya.
Namun, keputusan ini sebenarnya lebih karena keinginan si bocah untuk menchallenge dirinya agar dapat bersaing secara global dalam ruang lingkup yang lebih luas, dorongan rasa ingin mandiri, belajar hidup, mencari pengalaman baru, dan berbagai pertimbangan untuk memprioritaskan kesempatan mana yg perlu didahulukan saat ini. Jadi sama sekali bukan karena memandang rendah kualitas PTN dan PTS di sini.
Dan mungkin juga mereka sedikit banyak terpengaruh dengan diskusi-diskusi yang kami orangtuanya sering sampaikan. Ada beberapa poin yang sering kami lontarkan dalam diskusi di rumah, antara lain;
1. Kewajiban tertinggi manusia sebagai ustadziatul alam
Sebagai manusia kita memiliki kewajiban tertinggi yaitu sebagai ustadziatul alam atau guru peradaban semesta. Kewajiban kita bukan hanya berkontribusi bagi masyarakat muslim di sini, tapi bagaimana Islam menjadi rahmatan lil alamin.
Kita berkewajiban memberikan kebaikan bagi seluruh alam semesta dan seisinya, untuk semua ummat dimanapun tanpa memandang suku, ras, bangsa dan agama. Kami meyakini bahwa nilai-nilai Islam diturunkan untuk seluruh ummat manusia. Jadi kebaikan kehidupan seluruh manusia dimana saja menjadi tanggung jawab kita bersama. Untuk memikul beban itu, kita harus menyiapkan para pemimpin global masa depan dari generasi muda saat ini.
2. Jelang 2030 ketika dunia sudah tanpa batas.
Kelak di 2030 tataran masyarakat dunia sudah semakin membaur, sehingga hampir tidak ada lagi boundary atau batasan bagi warga negara dari manapun. Mau tidak mau kita harus bergerak bersama untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri.
Pada saat itu masyarakat dunia, baik di dunia maya yang sekarang pun sudah tanpa batas, hingga dunia nyata pun sudah tanpa batas dan semakin berpadu. Jadi, untuk mewujudkan tujuan nomor 1 di atas, kita berkewajiban untuk membekali generasi pemimpin masa depan mengenai pengetahuan tentang “keberagaman ummat manusia” dan juga harus memiliki networking atau jaringan yang luas dengan berbagai fihak.
Mereka harus terampil dalam berhubungan dengan seluruh lapisan manusia dari berbagai latar belakang pendidikan dan budaya. Maka, agar mereka dapat berkontribusi dengan baik, langkah awal yang harus dilakukan adalah mengenal dan mempelajari medan juang tempat dimana mereka kelak akan berkiprah.
3. 100 tahun Indonesia Emas.
Untuk mewujudkan 100 tahun Indonesia Emas pada tahun 2045, kita membutuhkan kualifikasi seorang pemimpin yang dapat bersaing secara global dalam ruang lingkup internasional.
Baca Juga: TOPIK Menjadi Persyaratan Kuliah di Korea Selatan
Menjadi Global Citizenship dan Global Leader
Ramai-ramai menjadi global citizenship dan global leader. Ramai-ramai menjadi muslim leader di dunia internasional.
Di era globalisasi untuk membangun republik tercinta tidak hanya dapat dilakukan oleh warga negara di dalam negeri saja. Suka tidak suka, Indonesia sudah terhubung dengan dunia secara global. Jadi untuk membangun bangsa ini kita perlu bekerja sama dan bergerak bersama dengan masyarakat dunia.
Sangat disayangkan apabila kelak kita tidak memiliki pemimpin kualitas dunia yang dapat mewakili kepentingan masyarakat kita di kancah internasional.
Indonesia adalah negara besar dengan populasi muslim terbanyak, jadi kita harus memegang peranan penting dan dapat berkontribusi secara signifikan dalam pembangunan perdababan dunia sesuai dengan nilai-nilai Islam yang diturunkan bagi semesta alam.
Inilah tiga poin penting yang menjadi latar belakang “persetujuan dan dukungan” kami kepada anak-anak agar mereka mulai merantau, mengenal bangsa-bangsa lain untuk belajar dan mencari hikmah serta pengalaman yang lebih luas.
Meski begitu, kami percaya kuliah di luar negeri bukan satu-satunya jalan untuk mewujudkan 3 point harapan di atas. Selama kita berpegang teguh pada visi-misi, dimanapun kita belajar, Insya Allah, kita tetap bisa berjuang mewujudkan itu semua.
Semoga anak-anak kita semua kelak menjadi “global leader” tanpa melupakan akar, asal-usul dan kewajiban mereka.
Pakem “nahnu du’at qobla kulli syaiin” insya Allah tidak akan bergeser.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS. Al Hujurat:13)
[MY]