FOUNDER Rumah Pintar Aisha, Dyah Lestyarini memberikan tips untuk mengantisipasi kecanduan gadget pada anak.
Ia menjelaskan bahwa semua anak itu memiliki kesamaan yakni mereka senang bermain.
Saat kebutuhan mereka bermain tidak didapatkan oleh lingkungannya, misalnya saat mereka tidak memiliki teman bermain di rumah ditambah lagi, kedua orang tua yang juga sibuk dan tidak mengajak mereka bermain.
Kedua orang tuanya malah cenderung cuek, tidak peduli dan tidak peka terhadap kebutuhan mendasar anak yakni bermain.
Bahkan agar anak tidak mengganggu urusan orang tua, malah anak diberi gadget.
Akhirnya anak menemukan kesenangan baru melalui gadget.
Saat anak mulai mengenal gadget maka sangat mungkin anak akan kecanduan gadget.
Ayah, Bunda ada dua persoalan terbesar anak yakni gadget dan pergaulan.
Pada dasarnya fitrah anak itu baik tetapi kitalah yang kadang merusaknya, dengan keteladanan yang buruk, lingkungan yang tidak baik, dan yang pengaruh cukup besar adalah gadget.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Sebenarnya tidak semua Teknologi Informatika dan Komunikasi itu buruk, kita bisa juga menggunakan media TIK itu untuk pembelajaran seperti membuat tulisan, belajar menggambar menggunakan paint, belajar membuat poster dengan canva, belajar membuat presentasi dengan power point, belajar membuat animasi, belajar menjadi content creator dan lain-lain.
Tujuan pengasuhan itu adalah menjadikan anak kelak menjadi sosok suami, ayah yang saleh dan istri, ibu yang shalihah.
Darimana mereka mendapatkannya karena tidak diajarkan di bangku sekolah darimana lagi kalau bukan dari orang tuanya.
Keteladanan dan pengetahuan yang diajarkan oleh orang tuanyalah yang menjadikan anak menjadi sosok laki-laki dan wanita yang saleh/ah yang siap menjadi seorang suami atau ayah dan seorang istriaatau ibu yang baik.
Kita kadang lupa akan peran itu, dan melepas anak untuk dididik oleh gadget.
Pertanyaannya apakah Ayah, Bunda sudah yakin didikan gadget itu baik dan benar untuk anak-anak kita.
Ada 3 potensi buruk anak yang sering menggunakan gadgetnya tanpa pengawasan yaitu terpapar pornografi, kecanduan game dan terpengaruh sosial media atau komunitas yang buruk.
Khusus untuk pornografi, bahwa pornografi itu merusak otak bagian depan yang berakibat rusaknya moralitas anak.
Sasaran pornografi itu adalah anak laki-laki. Jika otak depannya rusak, kelak saat mereka jadi pemimpin mereka tidak akan bermoral.
Kecanduan pornografi itu mengakibatkan kerusakan otak.
Mengantisipasi Kecanduan Gadget Pada Anak
Otak bagian depan adalah fungsi otak mulia manusia yang membedakan manusia dengan binatang.
Maka hati-hati Ayah, Bunda jika ada WiFi aktif 24 jam di rumah, paket data tak terbatas di HP anak dan sikap tidak peduli orang tua akan memberi peluang lebih besar anak kecanduan pornografi.
Termasuk anak perempuan, yang sangat riskan akan bujuk rayu laki-laki busuk di sosial media.
Anak perempuan itu mudah sekali jatuh ke pelukan laki-laki yang memperhatikan dan menyayanginya.
Sudah banyak sekali berita seorang anak perempuan dibawa lari oleh laki-laki yang ia saja tidak kenal karena baru kenalan di sosmed.
Maka khusus untuk Ayah, jaga anak perempuanmu. Ayah harus dekat dengan anak perempuan.
Saat anak perempuan dekat dengan ayahnya, maka ia akan sulit menjadi korban pelecehan seksual.
Ayah, Bunda agar anak lepas dari gadgetnya maka kedua orang tua harus hadir, tidak hanya hadir secara fisik tetapi hadir juga secara spiritual dan psikis.
Ayah dan Bunda harus hadir secara psikis yakni dengan menunjukkan rasa kasih sayang dan perhatian, bercanda dan tertawa bersama, bermain dan belajar bersama serta berdialog dengan penuh kasih sayang dan perhatian.
Ayah, Bunda hadir secara spiritual dengan mengajak mereka beribadah, shalat, mengaji, menghafal, sedekah, dan ibadah lainnya.
Mungkin bagi Ayah sudah cukup dengan memberikan uang dan mencukupi segala kebutuhannya yang lain, tetapi bagi anak hal-hal tersebut tidaklah terlalu penting, dibandingkan kehadiran Ayah dalam ruang spiritual dan psikologisnya.
Ayah, Bunda hadirlah dalam diri anak, berikan mereka kasih sayang, perhatian, dan ajaklah mereka bermain dan belajar bersama, dekatkan mereka dengan agamanya.
Baca juga: Stimulasi Bicara Anak dengan Menyenangkan
Semua hal yang Ayah lakukan itu akan memberikan kesehatan mental dan fisik pada anak serta menjauhkan anak dari kecanduan gadget.
Jadi, Ayah, Bunda hadirlah baik secara fisik maupun secara psikis dan spiritual bersama anak.
Bermainlah bersama mereka, belajar bersama, berdialog dan bergembira.
Libatkan mereka dengan berbagai aktivitas mulai dari aktivitas memasak, menyiram tanaman, jalan-jalan, dan aktivitas lainnya.
Penuhi kebutuhan mereka bermain bersama Ayah dan Bundanya agar mereka tidak mencari kebutuhan bermain itu pada gadget.
Ayah, Bunda berikut ini saran agar anak tidak kecanduan gadget dan agar anak terhindar dari konten negatif dari gadget.
1. Doa, selalu tempatkan doa pada urutan pertama. Doa adalah senjata orang beriman. Doa orang tua terutama doa seorang ibu kepada anaknya sangat mustajab apalagi berdoa pada waktu-waktu yang mustajab.
2. Bagi anak yang mungkin usianya dibawah 15-16 tahun atau usia SMP dan SD maka anak belum diijinkan memiliki hak milik gadget. Anak usia dibawah 15 tahun, anak belum boleh memiliki gadget.
Gadget yang diberikan kepada anak bukan hak milik tetapi hak pakai.
Kepemilikan tetap dari orang tuanya. Dengan status gadget pinjaman maka orang tua masih memiliki kontrol akan gadget yang dibawa anak.
Anak baru boleh memiliki gadget saat anak sudah usia SMA yaitu usia yang lebih matang dan usia yang sudah mampu bertanggung jawab.
3. Lalu bagaimana jika sudah terlanjur anak diberi gadget.
Jika ada sudah terlanjur diberi gadget atau status gadget sudah hak milik anak maka yang perlu dikontrol orang tuanya adalah paket data atau penggunaan wifi.
4. Orang tua perlu membatasi penggunaan gadget. Usahakan dalam sehari anak bermain game atau apapun tidak lebih dari 2 jam.
Orang tua harus membuat aturan atau kesepakatan dengan anak tentang penggunaan gadget.
Misalnya boleh bermain HP setelah belajar, bermain games hanya 2 jam saja dan sebagainya.
Dalam kesepakatan itu juga tertuang reward dan punishment. Usahakan antara orang tua dan anak ada kata sepakat.
Jangan sampai aturan dibuat sepihak tanpa melibatkan atau mendengar usulan anak.
Anak akan lebih mudah menjalankan aturan jika ia menyepakati.
5. Perlu menginstal aplikasi yang memblokir konten-konten negatif (bagi anak remaja).
6. Untuk lebih menguatkan dorongan orang tua untuk membatasi anak bermain gadget, perlu sekali orang tua melihat apa saja dampak negatifnya, baik dampak secara fisik maupun dampak secara psikis.
Banyak sekali informasi tentang kecanduan gadget, orang tua bisa melihatnya di youtube.
Hal ini akan menjadikan orang tua lebih waspada dan menerapkan aturan lebih ketat penggunaan gadget oleh anak.
7. Jika anak menonton TV, bermain gadget, maka orang tua berusaha mendampingi dan menjelaskan saat anak melihat tayangan yang kurang mendidik.
8. Orang tua harus hadir tidak hanya secara fisik, tetapi hadir juga secara psikis dan spiritual.
Kebutuhan anak bermain maka orang tua wajib memfasilitasi, dengan membelikan mainan yang membuat anak lepas dari gadget atau yang paling baik adalah orang tua meluangkan waktu bermain dengan anak sesering mungkin.
Jika kebutuhan anak bermain terpenuhi maka anak akan lepas dari gadget.
Orang tua bisa menjadi teman bermain anak yang paling asyik, sehingga anak menjadi lupa akan gadgetnya.[Sdz]