BAGAIMANA cara mengajarkan manajemen marah kepada remaja? Bagaimana mengelola kemarahannya hingga tidak melebihi batas kewajaran emosinya?
Ketua Hikari Parenting School Hifizah Nur, S.Psi., M.Ed. mengatakan bahwa syukurlah, ada banyak cara remaja dapat belajar melawan atau mengurangi tingkat kemarahan mereka.
Baca Juga: Tips Mengelola Marah
Mengajarkan Manajemen Marah kepada Remaja
Misalnya dengan melakukan beberapa hal di bawah ini (dimodifikasi dari Travis, 2012; Buckley, 2020).
Mengembangkan hubungan yang sehat dan bermakna dengan orang tua atau wali.
Hubungan yang sehat membuat dengan orang tua dan orang yang lebih matang akan membuat remaja lebih mudah terbuka terhadap masalah yang sedang ia hadapi.
Selain itu, remaja bisa mendapatkan contoh yang baik, bagaimana orang dewasa di sekitarnya mengelola emosinya.
Membentuk keterampilan sosial yang berkembang dengan baik.
Salah satu keterampilan sosial yang penting adalah mampu memahami emosi orang lain, dan ini hanya akan bisa dilakukan bila remaja bisa memahami emosinya sendiri.
Tidur yang cukup sangat penting pada usia berapa pun.
Kebiasaan tidur yang buruk secara signifikan memengaruhi emosi kita, cara kita mengendalikannya, dan kesejahteraan mental kita secara keseluruhan.
Remaja berusia antara 13 dan 18 tahun harus tidur sekitar 8,5 jam per malam (Walker, 2018; Travis, 2012).
Mempelajari dan mengadopsi keterampilan baru.
Beberapa keterampilan dalam hal baru berikut ini dapat membantu remaja dalam mengatasi kemarahannya.
Pemecahan masalah
Menghasilkan lebih dari satu solusi untuk suatu masalah. Ini bisa dilatih oleh guru dan orang tua, caranya, bila mereka sedang ada masalah, lakukan brainstroming,
apa saja yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bukan cuma satu, tapi pikirkan bersama berbagai alternatif pemecahan masalah.
Manajemen kemarahan
Berpikir sebelum mengambil tindakan dan menemukan pelampiasan amarah dnegan cara yang kreatif atau secara fisik.
Seperti yang dibahas sebelumnya, proses sampai terjadinya ledakan amarah, bisa menjadi proses yang sangat cepat.
Bila remaja mulai menyadari kalau ia sedang berada dalam proses tersebut, lakukan hal-hal yang bisa memutuskan siklus amarah.
Misalnya, keluar dari tempat terjadinya amarah, jalan-jalan mencari udara segar dulu, setelah cooling down, baru kembali menghadapi persoalan yang sedang berlangsung.
Bisa juga dengan menuliskan emosi negatif di selembar kertas, di tablet atau laptop, setelah itu dihapus.
Atau bisa juga dengan menggambar, melukis, berolah raga atau memukul matras untuk menyalurkan emosi yang berlebihan dengan cara yang sehat.
Refleksi diri
Memahami dan membingkai ulang situasi untuk membuat penilaian yang lebih baik atas peristiwa dan lingkungan.
Berhenti sejenak dan memikirkan kembali apa yang menyebabkan emosi naik.
Mengatur nafas untuk mengontrol emosi yang berlebih dan memikirkan alternatif untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang positif akan mengaktifkan otak depan sekaligus mengontrol amigdala yang mengendalikan emosi.
Kesadaran dan regulasi emosional
Memahami emosi yang memengaruhi kita dan mampu mengelola reaksi terhadapnya. Memahami emosi apa yang sedang dirasakan, akan membantu remaja mengontrol emosinya.
Apakah ia sedang marah, kecewa, sedih atau cemburu, perlu dipahami dengan benar.
Karena orang yang tidak bisa memahami emosi apa yang sebenarnya sedang dirasakan, tidak akan mampu meredakan emosinya dengan cara yang tepat.
Ketegasan
Mengidentifikasi kapan harus mengalah dan kapan bersikap asertif, mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkan dengan cara yang tepat. Hal ini akan mendorong tercapainya hasil yang diinginkan.[ind]
Sumber: Positive Psychology