SALAH satu peran pengasuhan orang tua adalah mendeteksi dan mengoreksi perilaku buruk anak. Ada tulisan menarik dari Miftahul Jannah, M. Psi., Psikolog Pendidikan.
Sebagaimana seseorang tidak serta merta memiliki al-khim atau tabiat baik yang dibawa dan dilakukan secara naluriah, seseorang pun tidak serta-merta berperilaku buruk secara naluriah.
Baca Juga: Mengapa Anak Durhaka kepada Orangtua?
Mendeteksi dan Mengoreksi Perilaku Buruk Anak, Salah Satu Peran Pengasuhan Orang Tua
Perilaku buruk itu pun adalah akhlak yang terbentuk seiring waktu. Pasti dilakukan berkali-kali. Tentu ada yang pertama kali. Kapankah itu?
Banyak orang tua merasa anaknya baik-baik saja. Sampai suatu waktu, “Byar!” Terjadi problematika besar yang tidak disangka akan terjadi. Kenapa bisa begitu? Tidak pernah ada tanda-tandanya.
Wallahi, tidak mungkin tidak ada tanda-tanda. Hanya saja barangkali kita kurang peka menangkap tanda-tanda, atau tidak cukup punya waktu untuk mengamati tanda-tanda, atau menutup mata dari tanda-tanda, atau mengabaikan tanda-tanda.
Beberapa hari lalu seorang ibu bercerita. Selama 9 tahun, pengasuhan anaknya 5/7 hari dalam sepekan ditangani sepenuhnya oleh pengasuh karena sang ibunda bekerja.
Pulang kantor bisa jam 8 atau 9 malam. Bersama anak saat weekdays hanya saat antar sekolah, sebab kantor ibu dan sekolah anak searah. Kadang-kadang juga bertemu sepulang kantor, kalau anak belum tidur.
Weekend tentulah waktu yang berharga untuk aktivitas yang biasa dikenal kaum urban sebagai quality time. Mereka mengisinya dengan main ke mall, belanja, nonton, atau makan ke restoran.
Kadang-kadang untuk ikut kajian. Semua happy, dan ibunda merasa bahwa anak baik-baik saja.
Seiring waktu berjalan, ibunda merasa berutang waktu kepada anak. Merasa perlu waktu yang lebih intensif bersama anak.
Dengan skill yang dimiliki, kini sang ibu dapat mengerjakan pekerjaan dari rumah. Dan ketika waktu bersama anak lebih banyak, ibunda kini melihat apa saja yang anak lakukan pada waktu-waktu tidak bersama dia. Dan ibunda kaget. Ternyata anaknya tidak baik-baik saja. Banyak perilaku yang harus dibenahi.
Sebuah perilaku buruk yang tidak terdeteksi, disadari bahwa itu perilaku buruk tapi tidak ada yang mengoreksi, akan berpotensi diulangi, lagi dan lagi, hingga menjadi tabiat atau kebiasaan.
Sebaliknya, perilaku buruk yang terdeteksi dan saat terjadinya langsung ada koreksi, insyaAllah mudah-mudahan tak berkelanjutan. Dan inilah salah satu peran pengasuhan orang tua.
Sebagaimana yang disampaikan Imam Ghazali rahmatullah alaih dalam risalahnya Ayyuhal Walad, bahwa peran pengasuhan orang tua ibarat seorang petani yang membuang tumbuhan asing atau rumput yang mengganggu tanamannya, agar tanaman itu dapat tumbuh dengan baik dan membawa hasil yang maksimal.
Kalaupun memang orang tua tidak bisa mendampingi anak secara full, kepada siapa peran ini diamanahkan? Haruslah ada dan harus pula dititipkan amanah tersebut.
Kepada guru di sekolah katakan, “Bapak/ Ibu, saya titip anak saya untuk dididik Bapak/Ibu. Pandanglah dia sebagai anak Bapak/Ibu sendiri. Semoga kita bisa saling bekerja sama dalam mendidiknya.”
Apabila kita mendapati anak telanjur berperilaku buruk, maka bergegas koreksi dan lakukan pengawasan sampai perilaku buruk itu berhasil disembuhkan.
Syaikh Muhammad Suwaid dalam bukunya Manhaj At Tarbiyah an-Nabawitah lit-Thifl menyatakan bahwa orang tua boleh mengawasi penuh bila mendapati anak-anaknya berperilaku buruk.
Semoga ALLAH Ta’ala melindungi anak-anak kita, agar senantiasa terjaga dalam kebaikan. Juga memberi taufik kepada kita agar mampu menjadi orang tua yang peka dan lebih peka. Aamiiin.
Wallahua’lam bis shawab.
[ind/Cms]