MUHAMMAD Iqbal, seorang penyair dan salah seorang pemimpin pergerakan islam di Pakistan pernah berkata,
“Jika iman telah tiada, maka tiada pula ketentraman. Dunia tidak akan ada lagi, bagi orang yang belum pernah menghidupkan agama.
Barangsiapa yang rela hidup tanpa agama, maka ia telah menjadikan kehancuran sebagai temannya.”
Di sebuah kota kecil di Filipina yang bernama Cordova anak-anak telah menjadi korban pornografi. Setiap musim liburan sekolah, biasanya Jessica membantu orangtuanya menjual ikan di pasar. Ketika ia berusia 12 tahun, dua tahun lalu, paman dan bibinya membawanya ke Cordova.
Baca Juga: Kecanduan Pornografi Menjadi Faktor Terbesar Kehamilan di Luar Nikah
Kejahatan Seksual Jaringan Pedofil Internasional
Di sebuah rumah yang kumuh namun dilengkapi dengan komputer dan jaringan internet, Jessica melayani pelanggannya, pria-pria Amerika paruh baya yang semuanya telanjang.
Mereka bisa saling melihat lewat teknologi webcam. Pria-pria dewasa itu memberi perintah kepada Jessica untuk membuka bajunya dan meraba tubuhnya sendiri.
Pria-pria dewasa pedofil itu menikmati kepuasan seksualnya dengan melihat tayangan pornografi yang dilakukan anak-anak.
Mereka cukup membayar $ 20,- sampai $ 30,- untuk sekali tayangan langsung. Tayangan ini tidak direkam untuk menghindari pelacakan oleh pihak berwajib.
Jessica tidak menikmati pelayanannya ini, ia lebih senang jika bisa pulang ke rumah orangtuanya. Setiap minggu Jessica mendapat uang jajan sebesar $5,- sampai $10,- (sekitar 50 ribu sampai 100 ribu rupiah)
Rupanya kegiatan paman dan bibi Jessica ini membuat para tetangga tergiur akan keuntungannya, maka mereka mengikuti jejak paman dan bibi Jessica. Kemudian kegiatan itu menyebar ke seluruh Cordova.
Peristiwa ini terjadi di tahun 2012. Pornografi anak lewat internet bukan hanya disebabkan oleh kemiskinan di negara-negara berkembang.
Belanda pernah dihebohkan oleh jaringan pedofili internasional yang melibatkan Robert M. Seorang pria yang bekerja di sebuah tempat penitipan anak.
Dari barang bukti yang disita polisi, seorang wanita Filipina melayani perintah Robert M. untuk mencari seorang anak perempuan dan lelaki yang berumur 4 tahun untuk ‘beraksi’ di depan webcam.
Pengusutan kasus jaringan pedofil internasional ini pun diusut bahkan bekerja sama dengan pemerintah Indonesia.
Kejahatan pornografi anak semakin hari semakin meresahkan para orangtua. Kita sudah darurat pornografi sejak lama.
Pornografi sliweran di internet, karenanya orangtua dituntut untuk melek media digital.
Kita tidak bisa melarang anak untuk bersentuhan dengan teknologi digital karena lewat teknologi ini, anak memperoleh begitu banyak manfaat.
Kita, Ayah bunda, orangtua yang harus bisa mengimbangi kecanggihan ananda memanfaatkan media digital salah satunya internet.
Sebuah kejadian di sebuah kota bernama Cordova menjadi peringatan untuk kita tentang bahaya sebuah peradaban tanpa rambu-rambu keimanan. [My/Ln]
Sumber: Hidayatullah.com