ChanelMuslim.com – Pada tanggal 2 Oktober 2020 yang lalu, Rachel Maryam telah melahirkan seorang bayi lelaki yang diberi nama Muhammad Eijaz Mata Air di RS Bunda Menteng, Jakarta.
Anak hasil buah cintanya dengan Edwin Aprihandono ini lahir sehat wal afiat dengan berat badan 3.780 gram dan tinggi 50 cm
Pasca operasi caesar Rachel mengalami komplikasi yang menyebabkan pendarahan dalam hebat. Kemudian tersiarlah kabar jika kondisinya sedang kritis dan mengalami koma. Hal ini dibantah oleh suaminya bahwa akibat pendarahan dalam yang hebat ini membuat dokter harus mengambil tindakan untuk melakukan operasi kembali guna menghentikan penyebab pendarahan.
Edwin kemudian menjelaskan bahwa kondisi itu membuat Rachel Maryam harus dibuat tidak sadar dan bukan mengalami koma. Untuk kenyamanan pasien, maka dokter memutuskan agar Rachel ‘ditidurkan’ atau dibuat ‘tidak sadar’ selama 2 hari dari total 4 hari Rachel dirawat di ICU.
Saat ini, Edwin mengatakan Rachel Maryam sudah berhasil melewati masa kritis dan masuk masa pemulihan. Rachel Maryam juga sudah bertemu dengan bayinya.
Proses persalinan merupakan hal berat yang harus dijalani oleh setiap ibu. Dalam proses persalinan terdapat pelajaran yang sangat berharga tentang keikhlasan, kesabaran dan ketawakalan. Semua hal ini bisa kita pelajari dari kisah Maryam binti Imram.
Saat hamil, Maryam binti Imran menjauh dari manusia karena ujian berat dari Allah yaitu hamil tanpa disentuh sekalipun oleh manusia. Kaumnya menuduh ia telah berzina padahal ia dikenal seorang yang ahli ibadah. Maryam pun menjauh dari manusia dan melahirkan sendiri.
“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (QS:Maryam | Ayat: 22).
Ketika tiba waktu melahirkan dalam sendirian, keadaan susah payah dan lemah, datang rasa nyeri tak terkira menjelang melahirkan, Maryam berjalan menuju sebatang pohon kurma. Syaikh As-Sa’diy menjelaskan dalam tafsirnya,
“Tatkala waktu melahirkan sudah dekat, rasa sakit menjelang melahirkan membuat Maryam menuju ke bawah pohon kurma dan merasakan nyeri melahirkan.” (Lihat Tafsir As-Sa’diy terhadap surat Maryam ayat 22).
Dengan tubuh yang lemah Maryam mengoyangkan kurma dengan tangannya dengan goyangan yang sangat lemah sambil menahan rasa sakit, dengan harapan agar buah kurma bisa jatuh. Maryam tahu bahwa kurma ini tidak mungkin jatuh dengan goyangan tangan yang lemah sambil menahan sakit menjelang melahirkan, akan tetapi ini bentuk tawakkal yang besar dari Maryam, tetap berusaha melakukan sesuatu, tidak pasrah saja tanpa berbuat apa-apa.
Allah berfirman, “Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu” (QS. Maryam 26).
Gerakan tangan Maryam menggoyangkan kurma sangat lemah, tetapi kurma bisa jatuh ke bawah. Syaikh Abdurrahman As- Sa’diy menjelaskan akhirnya kurma yang jatuh adalah kurma yang bermanfaat. Beliau berkata, “Yaitu kurma yang segar, enak dan bermanfaat.” (Lihat Tafsir as-Sa’diy terhadap surat Maryam ayat 26).
Karenanya beberapa ulama menafsirkan bahwa kurma itu makanan yang baik bagi ibu yang sedang menjalani masa nifas. Ahli Tafsir Al-Baghawi membawakan perkataan Ar-Rabi’ bin Khutsaim dalam tafsirnya, “Makanan terbaik bagi wanita nifas adalah kurma dan makanan terbaik bagi orang sakit adalah madu.” [My]