ChanelMuslim.com – Adalah seorang tokoh pendiri Perusahaan Raksasa di bidang IT, yang dikenal sebagai salah satu orang paling berpengaruh di dunia. Dalam biografi yang ditulis oleh Walter Isaacson (yang juga penulis Biografi Albert Einstein), diceritakan bagaimana kehidupan pribadi tokoh tersebut. Ia adalah seorang laki-laki campuran Suriah-Amerika. Ayah kandungnya yang bernama Abdulfattah Jandali adalah seorang profesor ilmu politik dan ibunya yang berkebangsaan Amerika Serikat, Joanne Schieble, adalah seorang ahli patologi bahasa pidato.
Ia dibesarkan oleh orangtua angkatnya, Paul Reinhold Jobs dan Clara Jobs. Sejak kecil Ia tahu bahwa orangtua yang mengasuhnya bukanlah orangtua kandungnya. Namun, kedua orangtuanya sangat menyayanginya. Berkat kasih sayang mereka yang begitu besar, Ia tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan percaya diri. Jika ada orang yang menyebut Paul dan Clara dengan sebutan “orangtua angkat”, tak segan Ia akan membalasnya dengan berkata, “mereka, 1 juta persen adalah orangtuaku”.
Dalam pengasuhan keluarga Paul, Ia diberi kesempatan untuk bereksperimen dan bereksplorasi apapun yang menjadi minatnya. Mereka terus memfasilitasi keterampilan yang tidak pernah mereka tahu bahwa itu akan memberikan kontribusi bagi tokoh besar kita dalam menciptakan warisan pada dunia.
Paul adalah orang pertama yang mengenalkan Ia pada dunia elektronika. Paul pernah menjadi seorang montir yang cerdas. Paul memperbaiki mobil rusak yang kemudian dijual kembali sehingga mendapat uang lebih banyak. Paul acapkali mengajaknya ketika membetulkan mobil-mobil tersebut. Saat ini lah saat-saat awal tokoh ini mulai mengenal dunia permesinan dan elektronika.
Ia adalah seorang pemimpin yang visioner, idealis, kreatif, dan pantang menyerah. Ia adalah inovator ulung, terlihat dari produk-produknya yang merupakan hasil penemuan baru, bukan mencontoh atau menambahi fitur produk pesaing.
Berdasarkan wawancara Walter Isaacson terhadap keluarga dekat, kolega, partner, pesaing, dan musuhnya, ada satu kekurangannya yang paling menonjol. Ia adalah orang yang sangat pemarah. Dan dari semua orang yang diwawancari oleh Walter Isaacson, sifatnya yang meledak-ledak dan emosional ini akibat dari perasaan marah pada orangtua kandungnya. Ketika Ia diminta pendapatnya tentang orangtua kandungnya, ia hanya mengatakan, “Mereka tak lebih dari bank sperma dan sel telur belaka”. Di akhir hayatnya Ia mengakui bahwa ada perasaan ‘terbuang’ dan ‘tidak diterima’ di lubuk hatinya yang terdalam.
Ada ruang dalam hati seseorang yang tidak bisa digantikan oleh siapapun. Ruang itu adalah milik orangtua kandung. Meski Ia mendapatkan pengasuhan yang sangat baik dari keluarga Paul, kehampaan yang ia alami tak bisa dibohongi. Kehampaan yang berbuah kemarahan. Hingga akhir hayatnya Ia tidak pernah bertemu dengan ayah kandungnya.
Ayah bukan hanya pencari nafkah. Lebih dari itu, ia adalah pengisi ruang jiwa yang tak tergantikan.
Namun, ada satu kondisi dimana posisi ayah menjadi dilema. Ketika ia harus terlalu lama di luar rumah dan hampir tak punya waktu untuk bermain dengan anaknya, demi menjamin pendidikan terbaik dan masa depan keluarga. kadang keadaan tidak memberikan pilihan. Jika tak bekerja lebih lama, anak tidak bisa sekolah atau bahkan tidak bisa makan.
Dibalik perjuangan itu, selalu sempatkan kecup kening anak kita sebelum pergi bekerja. Jadikan waktu-waktu yang tersisa menjadi waktu yang akan terus dikenang anak kita. Bicara lebih tenang dan penuh kasih sayang. Lepas anak kita dengan pelukan.
Nilai kehidupan yang ayah katakan, jauh lebih dalam tertancap pada jiwa anak karena ‘langka’nya kesempatan berbicara. Selalu luangkan waktu untuk memberi arahan dan nasehat. Meski sempit pertemuan, selalu selipkan nama anak-anak kita dalam ibadah kita, semoga ia bertemu di ruang doa.
[Maya/Elly Risman Parenting Institute]