ChanelMuslim.com – Kondisi Al-Aqsa saat ini dengan kondisi ketika Rasulullah melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj tentu saja berbeda.
Seiring berjalannya waktu, situasi Al-Aqsa pun terus berubah, baik dari segi fisik bangunannya ataupun lingkungan sekitarnya.
Baca Juga: Situasi Al-Quds Memanas, Aksi Cepat Tanggap Serukan Darurat Al-Aqsa
Kondisi Masjid Al-Aqsa Tidak Terurus
Dilansir dari channel telegram @gensaladin, saat itu, nama Kota Baitul Maqdis adalah Aelia Capitolina
Sejak tahun 135 Masehi, sejak Romawi menegakkan kekuasaannya di wilayah Syam, Kota Baitul Maqdis saat itu dinamakan Aelia Capitolina.
Nama ini bertahan sampai kemudian generasi sahabat di era kekhalifahan Umar bin Khattab membebaskannya.
Beberapa waktu setelahnya, kota itu menjadi lebih masyhur dan dinamakan kembali dengan Baitul Maqdis sebagaimana istilah yang diucapkan Rasulullah dalam hadits-haditsnya.
Masjid Al-Aqsa tidak terurus
Saat pendudukan Romawi di Palestina, pelataran Masjid Al Aqsha sedang tidak terurus.
Bangunannya banyak yang runtuh akibat perang panjang antara Romawi dan Persia. Ketika Rasulullah sedang Isra Mi’raj, bangunan Masjid Al-Aqsa digambarkan hanya pelataran dan gundukan bukit yang dikelilingi oleh pagar dengan beberapa bangunan yang sederhana.
Ketika dibebaskan oleh generasi sahabat, Umar sendiri yang memimpin pembersihan dan rekontruksi Masjid Al-Aqsa.
Baca Juga: Keunikan Masjid Al-Aqsa
Berdirinya Gereja Al Qiyamah dekat Al-Aqsa
Tidak jauh dari pelataran Masjid Al Aqsha yang sedang tidak terurus, berdirilah gereja besar “Al Qiyamah” (The Church of the Holy Sepulchre).
Tempat tersebut sangat penting bagi Kaum Kristiani karena dianggap sebagai lokasi di mana Yesus Kristus disalib. Dibangun sekitar abad keempat, bangunan ini menjadi pertanda kuatnya pengaruh Romawi Kristen di Palestina.
Ketika Umar bin Khattab membebaskan Baitul Maqdis, sebagian besar penduduknya adalah Nasrani yang dijaga keamanan dan hak-hak beragamanya.
Kemudian, tujuh tahun sebelum Isra Mi’raj, Persia membantai penduduk Baitul Maqdis
Tujuh tahun sebelum Isra Mi’raj, ternyata tentara Persia yang diperkuat oleh pasukan Yahudi yang dipimpin oleh Nehemiah ben Hushiel dan Benyamin dari Tiberias membantai penduduk Baitul Maqdis setelah pengepungan dan menembus tembok dengan artileri.
Menurut sejarawan, jumlah korban mati adalah 17 ribu orang, sedangkan beberapa ribu lainnya dijual sebagai budak oleh Persia.
Kemudian, Baitul Maqdis direbut lagi oleh Romawi dari tangan Persia-Yahudi, itulah salah satu alasan mengapa ketika Umar membebaskan Baitul Maqdis, ia tidak menjumpai ada orang Yahudi di sana.
Tulisan ini juga mengambil sumber dari Filisthin Qabla Al Islam, Syaikh Mahmud Shiyam, Abdullah Al Ahmar Institute for Palestine Knowledge.
Selain itu, dari A history of Palestine from 135 A.D. to modern times, James Parkes (1949) dan United Nations Conciliation Commission for Palestine Working Paper on the Holy Places, UN Conciliation Commission (1949) [Cms]