MESKI tak bertulang, lidah memiliki kekuatan luar biasa. Positif maupun yang negatif.
Semua orang bisa bicara. Semua orang bisa menyampaikan sesuatu menurut kehendak hatinya. Ada yang enak dan positif didengar, ada juga yang sebaliknya.
Sayangnya, tak banyak yang mampu mengukur gerak lisannya. Apa yang ada di hati, diucapkan apa adanya.
Orang mengatakan, lidah bisa lebih tajam dari pedang. Artinya, daya luka yang ditimbulkan dari lisan bisa lebih dahsyat dari luka yang ditimbulkan pedang.
Jangan heran jika perang besar bisa terjadi hanya gara-gara sebuah ucapan. Tentu ucapan yang keluar dari para pemimpinnya.
Begitu pun dengan dampak sosial di masyarakat kita. Sebuah keluarga yang sebelumnya saling sayang bisa bermusuhan, hanya karena ucapan.
Imam Syafi’i rahimahullah pernah menyampaikan bahwa ucapan harus disaring sebelum didengar orang, “Jika seseorang ingin berbicara, maka hendaklah dia berpikir terlebih dahulu.”
Jika ucapannya nanti tidak merugikannya, masih menurut Imam Syafi’i, ia bisa meneruskan. Tapi jika akan merugikan, sepatutnya ia menahan untuk tidak diucapkan.
Imam Abu Hatim juga menyampaikan, “Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara. Karena banyak orang yang menyesal karena banyak bicara, dan sedikit yang menyesal karena banyak diam.”
Menyesal bukan sekadar yang dialami di dunia. Tapi juga yang akan dialami di akhirat. Karena begitu banyak orang masuk neraka hanya lantaran perbuatan lidahnya.
Sedemikian bahayanya lisan ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menasihati kita semua: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam.” (Muttafaqun alaih)
Orang yang sangat berhati-hati berucap menunjukkan ketinggian imannya. Sebaliknya, orang yang asal berucap menunjukkan keadaan imannya yang minim.
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengidentikkan seorang muslim dari lisannya. “Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari)
Lidah memang tak bertulang. Tapi jangan anggap enteng dengan dampak yang bisa ditimbulkannya. Bicaralah yang baik atau diam. [Mh]