ChanelMuslim.com- Ucapan alhamdulillah begitu akrab bagi setiap muslim. Sebuah ungkapan syukur atas segala nikmat. Saat sedang bahagia, ataupun biasa saja.
Setiap kita yang ditanya gimana kabarnya, pasti akan mengucapkan ‘alhamdulillah’. Ucapan yang menunjukkan rasa syukur, bahagia, dan baik-baik saja.
Tapi benarkah keadaan yang ditanya memang dalam keadaan baik-baik saja? Belum tentu. Karena tidak semua orang selalu dalam keadaan baik. Ada yang sedang kurang sehat. Ada yang tertimpa musibah, besar maupun kecil, dan lainnya.
Kenapa menjawab dengan alhamdulillah padahal kenyataannya sedang tidak baik. Apakah ini berarti sedang berdusta. Atau alhamdulillah hanya sekadar basa-basi?
Tentu saja tidak. Ucapan alhamdulillah tetap sebagai ungkapan rasa syukur. Apa pun keadaannya: bahagia atau sedang berduka, sehat atau pun sedang sakit, dan seterusnya.
Ucapan alhamdulillah bukan sekadar menunjukkan rasa bahagia. Tapi juga sebagai baik sangka kepada Allah Yang Maha Kasih dan Sayang. Yang kasih dan sayangNya tidak pernah terbilang.
Mungkin saja di satu keadaan seseorang sedang berduka atau tidak baik saja. Tapi, itu kalkulasi atau penglihatan terbatas manusia. Yang terasa hanya pada yang terlihat dan nyata. Sementara, pengetahuan kita dengan sesuatu sangat terbatas.
Sebagai contoh, seorang pegawai yang terlewat angkot yang akan ia tumpangi. Padahal, ia hanya telat beberapa detik saja. Dan angkot itu masih terlihat meskipun tidak dekat lagi.
Ia pun terpaksa menunggu angkot berikutnya meskipun agak lama. Bukan sekadar nunggu lebih lama, ia pun nyaris pasti datang telat ke kantor.
Ketika tiba di kantor ia harus mengucapkan apa ketika ditanya kabarnya. Ia tetap akan mengucapkan ‘alhamdulillah’. Meskipun seolah-olah ada jatah nikmat yaitu bisa datang tepat waktu yang akhirnya terlewat.
Ucapan alhamdulillah itu baru benar-benar terasa lahir dan batin ketika mendapat kabar bahwa sebuah angkot mengalami kecelakaan. Dan angkot yang kecelakaan itu adalah yang terlewat tadi dan menyebabkan ia terlambat.
Jadi, sesuatu yang menurut ukuran kita sebagai yang merugikan atau tidak membuat kita baik-baik saja, boleh jadi sebaliknya. Baru kita menyadari hikmah itu setelah beberapa waktu berlalu.
Pendek kata, apa yang menurut kita tidak baik dari apa yang kita peroleh atau rasakan, boleh jadi sebagai sesuatu yang terbaik. Dan hal itu bisa kita ketahui belakangan atau tidak diketahui sama sekali.
“Boleh jadi, sesuatu yang kalian tidak suka padahal ia baik untuk kalian. Dan boleh jadi, sesuatu yang kalian suka padahal ia buruk untuk kalian. Allah Maha Mengetahui sementara kalian tidak mengetahui…” (QS. Al-Baqarah: 216)
Jadi, ucapkanlah alhamdulillah, seperti apa pun keadaan kita. Karena tidak mungkin Allah Yang Maha Sayang memberikan kita yang buruk.
Ucapkanlah alhamdulillah, meskipun kita belum tahu di mana baiknya dan di mana nikmatnya. Dan ucapkanlah dengan penuh rasa syukur dan ridha. [Mh]