DISUKAI orang lain merupakan harapan banyak orang. Sayangnya, jarang yang paham caranya.
Seseorang pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Bagaimana caranya agar bisa disukai Allah dan disukai manusia.
Nabi menjawab, “Zuhudlah dengan dunia, kalian akan disukai Allah. Dan, zuhudlah terhadap yang di tangan manusia, kalian akan disukai manusia.” (HR. Ibnu Majah)
Zuhud adalah tidak merasa perlu. Atau, tidak merasa perlu dengan hal-hal tentang materi. Kecuali keperluan terhadap urusan akhirat.
Inilah rumus sederhana dan mendasar yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk kita. Berikut ini tips agar disukai manusia.
Satu, dahulukan tentang orang lain bukan tentang diri sendiri.
Fokuskan perhatian dan kecenderungan tentang orang lain saat bertemu. Mulai dari keadaan dirinya, keluarganya, bisnisnya, dan keadaan iman dan hatinya.
Pendek kata, kita seolah menjadi proyektor keadaan orang yang kita temui. Terutama mereka yang punya kedekatan dengan kita.
Siapkan wadah yang luas untuk menampung curhatan hati mereka. Jangan justifikasi benar atau salah, kecuali jika mereka minta.
Dua, jangan tutup diri dengan seribu satu keluhan.
Jumpai saudara kita dengan kesan bahagia dan tanpa masalah. Karena dengan begitu, mereka akan merasa nyaman berada bersama kita.
Jangan dominasi interaksi dengan segudang keluhan tentang diri sendiri. Orang yang sering mengeluh biasanya abai dengan kebutuhan orang lain.
Keharmonisan suami istri adalah karena keduanya jauh dari mengeluh. Keakraban persaudaraan dan pertemanan juga karena kita tidak selalu memunculkan keluhan tentang apa pun.
Itulah kenapa sapaan yang hangat adalah, “Alhamdulillah. Saya baik-baik saja! Gimana dengan kamu?”
Tiga, bantu dengan yang bisa kita lakukan.
Tidak selalu keadaan kita prima atau serba ada. Termasuk tentang waktu dan perhatian.
Jika seseorang meminta bantuan, jangan buru-buru menjawab dengan penolakan. Meskipun memang itu kenyataan adanya.
Kaidah mengatakan, “Kalau tidak bisa melakukan secara ideal, jangan tidak melakukan sama sekali.”
Jadi, ketika seseorang meminta bantuan di luar kesanggupan, jangan tidak memberi sama sekali. Meskipun sebenarnya, kita juga sangat butuh.
Empat, belajar untuk terbiasa menyapa lebih dahulu.
Akhlak Islam mengajarkan untuk menyapa terlebih dahulu kepada orang yang bersama kita. Sapa dengan salam, dan kenalkan diri: setidaknya nama.
Berikan kesan persaudaraan dengan memberikan senyuman. Terutama untuk yang sejenis, bukan pria terhadap wanita atau sebaliknya.
Cari persamaan tentang identitas dengan kita, bukan perbedaannya. Misalnya, sama-sama berasal dari satu daerah, sama-sama berasal dari satu kampus, sama-sama satu profesi, dan lainnya.
Satu lagi, jangan terbiasa untuk menggurui kecuali jika mereka minta saran atau nasihat. Karena boleh jadi, orang yang dijumpai jauh lebih berilmu dari kita. Dan orang yang merasa digurui akan juga merasa seperti orang bodoh. [Mh]