DORONG mobil mogok itu tak enak. Ketika mobil yang didorong pulih, pengendara melaju begitu saja dan lupa dengan mereka yang capek-capek mendorong.
Seperti mendorong mobil mogok tentu dimaksudkan untuk pengendara yang didorong. Bukan mereka yang rela capek mendorong.
Ungkapan kiasan ini sebagai sindiran bahwa harus ada empati kepada mereka yang telah berjasa. Karena biasanya, orang yang memasuki dunia kesuksesan lupa dengan mereka yang telah bersusah payah membantunya.
Di antaranya, ungkapan ini ditujukan kepada partai-partai politik. Di saat menjelang pemilu, partai dan politisi begitu memerlukan bantuan rakyat. Tapi ketika pemilu usai, rakyat pun terlupakan begitu saja. Seolah-olah, mereka menjadi pejabat sebagai peristiwa otomatis anugerah dari alam.
Di masa Orde Baru, ada tiga partai yang eksis. Partai Islam Ka’bah, Partai Beringin, dan Partai Nasionalis. Partai Ka’bah yang saat itu paling getol terjun ke umat saat menjelang pemilu. Tapi ketika pemilu usai, umat pun terlupakan begitu saja.
Tentang keadaan ini, dai kondang KH Zainuddin MZ rahimahullah, pernah mengungkapkan sebuah kalimat bertuah.
Beliau mengatakan, “Islam tak ubahnya seperti daun pisang yang dikait orang lantaran diri tak berpayung di ketika hari hujan. Manakala hujan usailah sudah, daun itu pun dicampakkan. Diinjak pula orang nan lalu.”
Tentu ungkapan ‘seperti mendorong mobil mogok’ tak hanya untuk kasus politik seperti itu. Dalam kehidupan sehari-hari pun ungkapan itu bisa berlaku.
Misalnya, ada orang yang mengemis-ngemis minta bantuan dari para tetangga, teman, kerabat, dan lainnya. Tapi begitu kesusahannya berganti dengan kesuksesan, ia merasa seolah kesuksesannya itu semata-mata karena jerih payah dirinya sendiri. Pihak lain terlupakan begitu saja.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Karena itu termasuk dosa besar orang yang durhaka kepada orang tua. Hal ini karena sosok yang paling berjasa bagi siapa pun adalah orang tuanya sendiri.
Berterima kasih kepada orang tua adalah dengan menghormati dan menyayangi keduanya di saat sang anak sudah mandiri. Tidak dilupakan begitu saja.
Cobalah untuk selalu berempati kepada mereka yang sudah berjasa kepada kita. Siapa pun orang itu. Hargai pengorbanan mereka, sekecil apa pun bentuk pengorbanan itu.
Karena dengan berterima kasih kepada mereka, itulah tanda kita bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala. [Mh]