TIDAK ada hubungan yang langgeng hingga di kehidupan akhirat, kecuali hubungan anak dan orang tua.
Semua orang akan mengalami dua posisi: sebagai anak dan sebagai orang tua. Ada juga yang di saat bersamaan, ia sebagai anak dan juga sebagai orang tua.
Peran sebagai orang tua biasanya ketika anak-anak masih belum dewasa. Anak-anak butuh asuhan, butuh biaya sekolah, dan butuh pembinaan.
Peran sebagai anak biasanya ketika orang tua sudah mulai lanjut usia. Orang tua butuh perhatian, dan mungkin juga biaya.
Memang, setiap orang tua pernah menjadi anak, dan setiap anak belum pernah menjadi orang tua. Tapi, setiap anak bisa belajar dari pengalaman hidup orang tua, sementara orang tua tidak bisa belajar dari pengalaman hidup anak.
Di kedua posisi itu, orang tua belajar menyelami apa yang sangat dibutuhkan anak. Begitu pun dengan anak yang juga belajar menyelami apa yang sangat dibutuhkan orang tua yang lanjut usia.
Sinergisitas inilah yang akhirnya menjadikan hubungan kausalitas. Orang tua yang mampu menyelami tumbuh kembang anaknya, akan menghasilkan anak yang kelak akan juga mampu menyelami keadaan orang tuanya di saat lanjut usia.
Dalam logika yang terbalik, jika orang tua lanjut usia merasakan abainya perhatian anak-anaknya; boleh jadi begitu pula yang ia lakukan ketika anak-anaknya masih kecil.
Yang utama dari upaya saling menyelami ini adalah rasa kasih sayang. Rasa kasih sayang tidak identik dengan pemenuhan kebutuhan materi. Karena mereka yang miskin pun bisa menjalin hubungan mesra anak dan orang tua.
Sebaliknya, ketika yang diterjemahkan dari keduanya hanya berbentuk materi, maka ketidaknyamanan hidup akan dialami keduanya: dari pihak anak dan juga kelak dari pihak orang tua.
Kasih sayang adalah segalanya. Auranya begitu istimewa. Bisa menumbuhkan begitu banyak energi yang terpendam.
Seorang anak yang menangkap aura kasih sayang orang tuanya akan terpuaskan dengan apa pun yang diberikan orang tuanya. Ia akan tumbuh dan berkembang bersama kasih sayang orang tuanya yang mahal itu.
Kelak, aura kasih sayang itu pula yang akan ia pancarkan terhadap orang tuanya. Ia tak peduli seberapa repot ketika hidup bersama orang tua yang lanjut usia. Ia justru begitu menikmati kerepotan itu, sebagaimana orang tuanya juga menikmati repotnya masa lalu.
Jangan salah paham tentang apa yang dibutuhkan keduanya. Dominasi diri seorang manusia ada pada hati. Dan cahaya utama dari hati adalah rasa kasih sayang: ketika ia sebagai anak maupun saat sebagai orang tua. [Mh]