MAKSIAT itu dosa, apalagi mereka yang memfasilitasinya. Tapi, ada pihak-pihak yang justru sengaja jualan maksiat.
Di akhir zaman ini, ada-ada saja pihak yang ‘kreatif’ dalam dunia maksiat. Maksiat bukan sekadar dibiarkan, tapi juga dijual untuk mengambil keuntungan.
Salah satu kota di Amerika disebut dengan istilah The Sin City atau kota dosa. Kota itu adalah Las Vegas. Sebuah kota yang terdapat dalam negara bagian Nevada.
Kota ini tidak terlalu luas. Hanya sekitar setengah dari luas Jakarta. Penduduknya juga hanya sekitar enam ratus ribuan.
Bagaimana dengan kesuburan dan keindahan alamnya? Sama sekali tidak menarik. Dahulu, kota ini dikenal sebagai padang sahara yang tandus.
Namun sejak tahun tiga puluhan, Las Vegas menjadi tempat pencucian uang para bandar judi dan narkoba. Mereka membangun sarana-sarana permainan judi dan melegalkannya. Begitu pun dengan ‘bisnis’ yang mengikutinya, yaitu pelacuran.
Di kota ini tidak ada lampu penerangan jalan. Tapi jalan-jalan di sana pada malam hari sama sekali tidak pernah gelap. Hal ini karena di kanan-kiri jalan terdapat lampu-lampu gedung yang terang-benderang, warna-warni, dan sangat mencolok.
Kontras dengan malamnya, siang di pusat judi dunia ini begitu sepi. Nyaris tak ada orang yang berlalu-lalang, hanya beberapa mobil yang lewat.
Meski kota kecil, tapi Las Vegas menjadi salah satu penghasil devisa negara yang luar biasa. Dari mana? Dari bisnis maksiat itu.
Setiap ada yang menang judi, uang kemenangan langsung dipotong 25 persen sebagai pajak. Begitu pun dengan bisnis-bisnis maksiat yang lain.
Menariknya, semua maksiat wajib legal atau resmi. Jika tidak legal, maka pelakunya akan kena delik hukum sebagai pelanggaran. Dan pelakunya bisa dipenjara.
Mengikuti jejak Las Vegas, sejumlah negara juga ikut-ikutan jualan maksiat secara legal. Antara lain, Amsterdam di Belanda, Rio De Janeiro di Brazil, Pucket di Thailand, dan Macau di Tiongkok.
Untuk kota yang terakhir di atas, Macau, bahkan saat ini penghasilan judinya jauh melampaui Las Vegas.
Pertanyaan sederhananya: kenapa jualan murahan itu bisa laku mahal? Padahal, tidak ada satu pun dari yang dijual itu bisa memberikan keuntungan dan kenyamanan.
Judi, misalnya. Para bandar sudah punya strategi jitu untuk para pelanggan baru. Pada hari pertama, para pelanggan ini dibiarkan menang. Toh kalau menang, uang yang banyak itu ‘larinya’ ke bisnis di sekitar situ juga. Seperti, poya-poya di sarana wisata malam di sana, dan lainnya.
Ketika para pelanggan sudah merasa kecanduan dengan judi, saat itulah, para bandar tidak akan memberi ampun. Mereka akan tega memeras habis-habisan para pelanggan.
Strategi jahat ini bukan sebuah rahasia. Selalu menyebar dari para korban satu ke korban-korban yang lain. Begitu seterusnya.
Tapi anehnya, calon pelanggan terus saja berdatangan. Itulah kenapa Las Vegas dicontoh sejumlah kota di negara-negara yang berbeda. Bahkan dikabarkan, Uni Emirat Arab sedang merintis sarana judi yang lebih besar lagi. Bahrain bahkan dikabarkan sudah lebih dahulu memulai.
Sekali lagi, aneh bin ajaib. Jangankan umat yang beragama, yang tidak beragama pun sadar betul kalau maksiat-maksiat itu sangat merugikan dan menyengsarakan. Tapi, tetap saja, pelanggannya terus bertambah.
Kata kunci penyebabnya ada dua: harta dan syahwat. Dua kata itu yang terus menjerumuskan umat manusia dari masa ke masa. Jangankan yang bodoh, yang pintar pun akan menjadi bodoh dalam dua jeratan ini.
Modal utama dalam jebakan setan ini hanya satu: uang yang banyak. Boleh jadi, kita harus bersyukur jika Allah subhanahu wata’ala tidak menguji kita dengan uang banyak ini.
Belajarlah untuk selalu berbaik sangka dengan Allah. Bukan Allah tidak ingin mengabulkan doa permintaan kita. Tapi karena tidak semua yang dibayangkan baik, memang akan menjadi baik untuk kita.
Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hambaNya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Teliti terhadap (keadaan) hamba-hambaNya (dan) Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 27) [Mh]