KEBURUKAN bisa dilakukan siapa pun ketika lalai. Iringi keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan bisa menghapus keburukan.
Manusia itu tempat salah dan lupa. Hampir tidak ada manusia yang luput dari salah dan lupa, kecuali mereka yang Allah Rahmati.
Namun begitu, ada cara agar keburukan yang disesali itu bisa terhapus. Yaitu, dengan mengiringi keburukan dengan amal baik.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun kalian berada. Iringi perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu. Dan bergaulah dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Pesan ini juga menunjukkan keharusan hubungan yang baik kepada Allah dan manusia. Takwa kepada Allah adalah dasar dari akhlak kepada manusia.
Ulama menafsirkan, mengiringi keburukan dengan kebaikan di antaranya dengan taubat. Dan taubat tersebut akan menghapus amal buruk yang pernah dilakukan.
Begitu pun dengan amal-amal ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, dan lainnya. Semua amal ibadah itu juga akan menghapus perbuatan buruk yang pernah dilakukan.
Allah subhanahu ta’ala berfirman, “Dirikanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan…” (QS. Hud: 114)
Tentu segala perbuatan baik itu tidak harus menunggu perbuatan buruk dilakukan. Karena boleh jadi, kita tidak menyadari begitu banyak hal buruk yang telah dilakukan.
Misalnya, menunda shalat padahal tidak ada kesibukan yang penting. Atau sebaliknya, bersegera melaksanakan shalat bukan karena ingin mendapatkan keutamaan dari Allah. Tapi agar bisa cepat terbebas dan merdeka dari kewajiban. Seolah shalat seperti beban yang harus segera dilepaskan.
Begitu pun keburukan pada manusia. Siapa yang menjamin kalau ucapannya tidak menusuk hati orang lain. Baik diucapkan langsung maupun melalui media sosial.
Bayangkan kalau suatu saat kita akan dihadapkan pada sebuah timbangan amal. Satu sisi amal buruk dan sisi lainnya amal baik.
Orang yang bertakwa akan selalu berusaha untuk memperbanyak amal baik agar timbangan kebaikannya jauh lebih berat dari keburukan.
Jadi, tanpa ketakwaan, orang akan menganggap enteng perbuatan buruk. Seolah tak perlu dipikirkan apalagi disesali.
Pesan terakhir dari hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di atas adalah bergaul dengan akhlak yang baik.
Para ulama menjelaskan akhlak yang baik adalah dengan menjaga baik sangka, ramah, gemar bersedekah, dan peka dengan kesulitan orang lain.
Bukan hanya Allah yang suka dengan orang berakhlak seperti ini, siapa pun juga akan suka. Muslim maupun non muslim.
Dan seperti apa yang akan diterima seseorang dari pergaulannya, biasanya seperti itulah yang ia lakukan sebelumnya terhadap orang lain. [Mh]