ChanelMuslim.com- Di sebuah masjid, tampak seorang pemuda begitu murung. Pandangannya tertuju pada apa saja yang bergerak dari balik jendela.
Namun, wajah murungnya begitu nampak ketika dirinya seperti berada di dunia lain. Ia nyaris tak peduli dengan suasana di masjid.
“Kamu lagi ada masalah, Nak?” ucap seorang kakek menyapa sang pemuda.
Awalnya, sang pemuda enggan menjawab. Tapi, tatapan mata sang kakek begitu serius untuk menanti jawaban dari si pemuda.
“Aku banyak beribadah, banyak berzikir, banyak berdoa. Tapi, aku tidak melihat adanya keajaiban,” ucap sang pemuda seraya mengukur daya nalar sang kakek.
“Keajaiban seperti apa?” tanya sang kakek.
“Ya, misalnya aku bisa mendapatkan rezeki mendadak. Aku bisa bicara dengan hewan, dan lainnya,” jawab sang pemuda lagi.
“Apa karena tidak ada keajaiban seperti itu yang membuatmu tidak lagi bersemangat untuk ibadah, zikir, dan berdoa?” tanya sang kakek.
Sang pemuda terdiam. Ia tidak sampai hati untuk menjawab ‘ya’. Tapi, bahasa tubuhnya sudah memastikan hal itu.
“Nak, semua mukjizat nabi dan rasul bukan ditujukan untuk diri nabi dan rasul. Melainkan untuk umatnya. Dan masa kebangkitan nabi dan rasul sudah tidak ada lagi,” jawab sang kakek.
“Jadi maksud kakek keajaiban sudah tidak ada lagi?” tanya sang pemuda.
“Anakku, sebenarnya keajaiban begitu banyak di depan mata kita. Sayangnya, kita mengabaikannya,” jawab sang kakek.
“Banyak? Maksud kakek?” sergah sang pemuda.
“Tidakkah kamu perhatikan kalau waktu-waktu sholat tidak pernah berubah sepanjang tahun. Hal itu menunjukkan bumi mengelilingi matahari begitu tepat waktu.
“Tidakkah kamu perhatikan bayi yang tetap hidup dalam perut ibunya selama 9 bulan lebih.
“Tidakkah kamu rasakan rezeki masing-masing manusia ada yang datang tanpa dicari?
“Tidakkah kamu lihat bahwa mati bisa datang kapan saja tanpa bisa diprediksi?
“Masih banyak lagi keajaiban-keajaiban di alam raya ini. Saat ini! Keajaiban yang sudah kita anggap biasa,” ungkap sang kakek.
Sang pemuda lagi-lagi tertunduk. Ia seperti menangkap sesuatu yang tak terpikirkan sebelumnya.
Baca Juga: Bekerjalah Maka Keajaiban akan Terjadi
Mencari Keajaiban
Kadang dalam keputusasaan orang mengiming-imingi keajaiban. Sebuah keajaiban yang dinilainya layak sebagai kompensasi atas baktinya kepada Allah subhanahu wata’ala.
Seberapa pun banyaknya keajaiban yang ia dapatkan, kalau itu dipandang dari sisi nafsu bukan keimanan, tak akan memberikan nilai apa-apa.
Bersyukurlah karena Allah masih memberikan kita kehidupan. Bersyukurlah, karena hati dan lisan kita masih belum kaku untuk mampu menyebut Asma-Nya. [Mh]