SELALU ada cahaya di balik gelap. Tapi, butuh kejelian mata hati untuk melihatnya.
Dua orang sedang berteduh di saat hujan. Satu orang melihat ke bawah mengukur seberapa becek dan licinnya jalan yang akan dilalui. Satunya lagi mendongak ke atas seperti menemukan kesejukan setelah teriknya matahari yang membakar.
**
Dua orang berada di sebuah halte menunggu bus yang belum juga datang. Satu orang menghitung-hitung seberapa ruginya karena mendapat potongan tunjangan karena keterlambatan. Satunya lagi menikmati rehat karena capek selepas jalan kaki yang melelahkan.
**
Dua pedagang yang berdampingan, tapi dengan keadaan hati yang berbeda saat hujan deras mengguyur. Satu tukang es yang menyimpan kecemasan karena tak akan ada pembeli. Satunya lagi tukang mantel hujan yang begitu antusias menyambut para pembeli datang.
**
Selalu ada secercah cahaya di balik gelapnya suasana. Memang, tak mudah menemukan cahaya itu ketika mata hati tertutup kabut obsesi, nafsu, buruk sangka, kecewa yang berlebihan, dan sejenisnya.
Seorang warga Gaza tersenyum di tengah reruntuhan puing bangunan yang hancur. Ia tidak sedang mengalami stress atau kelainan jiwa.
Ia hanya bersyukur karena Allah terus melimpahkan pahala syahid terhadap sanak keluarganya. Sebuah kehormatan yang sulit ditemukan di tempat lain di bumi ini.
Di situlah bagaimana kita berlatih untuk menjernihkan hati ketika berada di suasana gelap. Ibarat gelapnya gulita malam yang tidak menghabiskan lima puluh persen dari jatah waktu sehari, karena lebih besarnya selalu ada terang dan gemerlap kerlap kerlip bintang dan sinar rembulan.
Berlatihlah dengan persangkaan baik kepada takdir Allah. Tak ada yang menimpa di alam raya ini kecuali rahmat-Nya, kasih sayang-Nya.
Berlatihlah untuk berkorban dengan yang luput meskipun terasa pahit. Karena selalunya, yang nikmat dan enaknya dalam porsi yang lebih banyak.
Bersabarlah ketika susah. Dan, bersyukurlah ketika senang. Hanya dengan cara itu, kita akan bisa menatap cahaya di balik suasana gelap.
Dua kali Allah subhanahu wata’ala firmankan secara berurutan, “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6) [Mh]