BAHASA adalah ekspresi yang bisa dipahami pihak lain. Bisa berbentuk ucapan, isyarat, bahkan keadaan.
Para santri diuji sang guru untuk mengamati lingkungan mereka masing-masing. Ada yang ditugaskan mengamati lingkungan pegunungan, hutan, sungai, pantai, dan lainnya.
Setelah beberapa hari, mereka kembali untuk menceritakan apa yang bisa ditangkap dari pengalaman di masing-masing tempat itu.
Salah satu santri dari pegunungan mengungkapkan, “Saya menangkap bahasa saling menghormati sesama tanaman di kawasan pegunungan.”
“Maksudnya?” tanya sang guru.
“Mereka tumbuh sesuai dengan keharmonian yang ada. Misalnya, pohon akasia hanya tumbuh sekian meter, sementara rerumputan jauh lebih kecil lagi. Dan tak satu pun melewati keharmonian itu,” ungkap sang santri.
Santri yang dari kawasan hutan juga menceritakan hal senada.
“Saya menangkap ritme arus sungai yang selaras dengan lingkungannya. Tidak terlalu deras, tidak juga terlalu lambat,” ungkap santri yang berasal dari kawasan sungai.
“Kalau saya menangkap pola ombak yang konstan. Garis batas air laut ke pantai seperti tidak pernah berubah, kecuali pada waktu pasang atau surut. Itu pun di waktu-waktu yang tetap,” ungkap santri dari kawasan pantai.
“Bagus. Apa ada yang ingin menambahkan?” ucap sang guru kepada para santri.
Salah seorang santri memberi isyarat ingin menjawab. “Silakan!” ucap sang guru.
“Saya menangkap ada bahasa isyarat yang lebih besar dari semua kawasan tadi, Pak Guru,” ucapnya.
“Maksudmu?” tanya sang guru.
“Pegunungan, hutan, sungai, dan pantai adalah benda-benda mati. Mereka adalah sebuah ungkapan bahasa dari Yang Maha Mencipta,” ungkapnya.
“Ungkapan bahasa tentang apa?” tanya sang guru lagi.
“Ungkapan bahasa bahwa Yang Maha Pencipta begitu sangat cinta dan sayang kepada makhluk-makhluk hidupnya di bumi,” ungkapnya begitu lugas.
“Masya Allah! Bagus sekali,” ucap sang guru.
**
Ada ungkapan bahasa yang tidak perlu diucapkan. Misalnya, hadiah sekuntum mawar yang berarti ungkapan cinta. Kecupan sayang ayah ibu kepada putera-puterinya, dan lainnya.
Begitu pun dengan keindahan alam di sekeliling kita. Keharmoniannya, konsistensinya, irama geraknya; begitu menenangkan hati dan menghidupkan jiwa.
Itulah ayat-ayat atau tanda-tanda kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya di bumi, khususnya manusia.
Jadi, rasanya tak perlu lagi bertanya seperti apa kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya di bumi. Karena semua keindahan, keselarasan, kebaikan, keserasian apa yang ada di bumi dihadiahkan untuk kita semua. Dan langit pun mempercantik alam raya ini, di saat siang maupun malam. [Mh]