EMOSI melunturkan nalar. Kelola emosi agar nalar tetap mengalir jernih.
Suatu kali, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan anaknya.
Nabi menghampiri. Beliau menasihati si wanita, “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah!”
Wanita itu tiba-tiba tersinggung. “Menjauhlah dariku! Engkau belum pernah merasakan musibah yang aku alami saat ini,” hardik wanita itu kepada Rasulullah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menghindar. Beliau meninggalkan wanita itu yang kembali dengan kesedihannya.
Ada seseorang yang menjelaskan kepada wanita itu. “Orang yang tadi memintamu bertakwa dan bersabar itu Rasulullah. Beliau juga pernah mengalami musibah yang lebih berat darimu,” ungkapnya.
Wanita itu pun terkejut dan tersadar. Ia mendatangi Rasulullah dengan penuh penyesalan. “Sungguh aku tadi tidak mengenalmu,” ucapnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya kesabaran itu saat pukulan pertama.” (HR. Bukhari Muslim)
**
Sedih dan marah merupakan bagian dari ekspresi emosi. Jangan biarkan emosi ‘meledak’ tanpa batas. Karena ia bisa membutakan mata hati kita.
Kendalikan emosi sesuai takarannya. Tetap hidupkan nalar dan ketenangan hati. Karena Allah subhanahu wata’ala selalu bersama mereka yang tetap bersabar. [Mh]