ALLAH menciptakan manusia dengan potensi terbaik. Sayangnya, kita sendiri yang melemahkannya.
Push your limit: dorong batasmu! Kalimat itu sayangnya hanya sekadar sebuah slogan. Tapi pada kenyataannya, sangat sedikit yang melakukan.
Berapa sih kapasitas memori otak kita? Sebuah artikel di American Scientific menyebut sebesar satu juta gigabyte. Kapasitas sebesar itu jika di komputer bisa menyimpan video hingga 3 juta jam. Dan kapasitas yang sebenarnya dalam otak kita tentu jauh dari itu.
Sayangnya, para ahli memperkirakan bahwa rata-rata yang baru digunakan umumnya hanya sebesar 10 persen.
Coba bandingkan dengan para ulama hadis yang bisa menghafal ratusan ribu hadis berikut sanadnya. Hafalan itu jika dibukukan bisa berjilid-jilid.
Dan para ulama jika mendapat gelar al-hafiz atau penghafal bukanlah karena beliau menghafal Al-Qur’an. Karena hal itu sudah lumrah di kalangan keluarga salafus soleh yang sudah hafal di usia sebelum 10 tahun. Yang dimaksud dengan al-hafiz adalah mereka yang hafal ratusan ribu hadis.
Begitu pun dengan kemampuan fisik kita. Potensi yang dimiliki fisik juga begitu besar. Bandingkan mereka yang biasa mengoptimalkan dengan yang tidak. Persis seperti keadaan fisik tentara dengan orang sipil.
Mereka yang di tentara meski sudah masuk usia pensiun, fisiknya masih tetap bugar. Sementara yang sipil, umumnya sudah loyo, pikun, dan sakit-sakitan. Padahal, modal fisiknya sama.
Kalau dicermati bagaimana Allah subhanahu wata’ala ‘membina’ generasi para sahabat sungguh luar biasa. Luar biasa berat dan intensnya.
Bayangkan, dalam kurun waktu 23 tahun mereka mampu mempelopori perubahan dunia. Sekitar sepertiga penduduk bumi saat itu menerima Islam. Padahal, Nabi shallallahu alaihi wasallam menyebut umat saat itu umumnya tidak bisa baca dan tulis.
Dalam rentang waktu 10 tahun di Madinah, di mana jihad sudah disyariatkan, sekitar 83 kali peperangan terjadi antara pasukan Islam dan kafir. Kalau dirata-ratakan, satu tahun terjadi 8 hingga 9 kali peperangan. Padahal, satu kali perang bisa memakan waktu satu bulan lebih.
Hasilnya, apakah para sahabat pada stres karena overload? Justru sebaliknya, mereka tampil menjadi generasi baru dunia yang serba sempurna.
Lalu, bagaimana dengan kita? Sepertinya kita begitu mudah termakan imajinasi menipu Barat tentang potensi. Bahwa, makan dan minum harus standar ini dan itu. Tidur harus delapan jam sehari. Dan seterusnya.
Perhatikan dengan saudara-saudara kita di Hamas Palestina. Negeri mereka hanya seluas satu kecamatan di Jakarta, sekitar 45 kilometer persegi. Namun, kiprah mereka mampu membuat Amerika dan Eropa kalang kabut.
Al-Qur’an yang mulia selalu menggandeng iman dan amal soleh dalam satu kesatuan yang utuh. Amal soleh jangan diartikan sempit sebagai ibadah khusus saja. Melainkan, amal yang diperoleh dari push your limit.
Jangan terlalu manjakan potensi kita. Karena kita tidak pernah tahu kemampuan sebenarnya, sebelum telah dioptimalkan dengan baik. [Mh]