JANGAN lebih tiga hari. Yaitu ketika seorang muslim saling bermarahan dengan muslim lainnya.
Manusia itu punya emosi. Salah satu emosi adalah marah atau kecewa. Dan hal itu juga bisa terjadi antara sesama muslim.
Umumnya kita menyebut hal itu sebagai ‘marahan’. Tidak saling sapa, acuh tak acuh satu sama lain, tidak ada interaksi sama sekali.
Subjeknya bisa sebagai apa saja. Bisa sesama teman, antara tetangga, kakak adik, suami istri, bahkan tidak tertutup kemungkinan antara orang tua dan anak.
Ketika hal itu terjadi, Islam mengajarkan untuk membatasi waktu ‘marahan’. Yaitu, tidak boleh lebih dari tiga hari.
Hal ini disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. “Tidaklah halal bagi seorang muslim untuk mengabaikan (marahan) saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari.” (HR. Bukhari)
Kenapa tiga hari? Kenapa tidak dilarang sama sekali saja. Atau, kenapa tidak sepekan atau sebulan?
Hal ini menunjukkan bahwa Islam memaklumi ekses emosional dalam hubungan antar individu termasuk sesama muslim. Karena hal tersebut alami. Manusia bukan malaikat yang tanpa emosi.
Toleransi atau rentang tiga hari tentu bukan asal sebut. Ada hikmah lain di balik rentang waktu itu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pintu-pintu surga dibuka setiap hari Senin dan Kamis. Lalu diampuni setiap hamba yang tidak melakukan kemusyrikan. Kecuali, orang yang sedang ada permusuhan dengan saudaranya.
“Dikatakan, tunda amal dua orang ini sampai keduanya berdamai. Tunda amal dua orang ini sampai keduanya berdamai. Tunda amal dua orang ini sampai keduanya berdamai.” (HR. Imam Malik, Ahmad, dan Muslim)
Perhatikan kata Senin dan Kamis. Selisih waktu antara Senin dan Kamis adalah tiga hari. Ketika keduanya masih ‘marahan’ lebih dari tiga hari, maka mereka tidak mendapatkan ampunan dari Allah.
Jadi, soal lebih dari tiga hari itu bukan masalah remeh. Melainkan masalah berat yang bisa berakibat tidak diampuninya dosa, walaupun mereka tidak melakukan kemusyrikan.
Karena itu, latihlah emosi kita untuk tetap dalam kendali ajaran Islam. Boleh-boleh saja ‘marahan’ karena hal itu memang alami. Tapi, paksakan untuk tidak lebih dari tiga hari.
Dan orang yang pertama kali menyapa dengan ucapan salam adalah yang lebih baik. Jika yang disapa tetap bersikap ‘marahan’, maka hanya dia yang akan tidak mendapatkan ampunan di setiap Senin dan Kamis.
Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya (sesama muslim) sesuatu yang ia cintai untuk dirinya sediri. (HR. Bukhari) [Mh]