NILAI hari itu seperti koin yang selalu punya dua sisi. Ada siang dan ada malam. Terserah kita melihatnya, apakah pada siang yang terang dan hangat, atau malam yang gelap dan dingin.
IMAJINASI seseorang bergantung pada apa yang sering dilihatnya. Kalau yang sering dilihatnya bunga, ia akan lembut. Kalau yang sering dilihatnya darah, ia akan kejam.
Ada dua orang kakak beradik yang menatap dari jendela rumahnya saat hujan baru saja usai. Yang satu menatap ke arah tanah yang becek. Ia pun mengatakan, “Ah, aku malas kemana-mana.”
Yang satunya lagi menatap ke arah langit yang berganti cerah. Ia pun mengatakan, “Ah, aku ingin pergi kesini dan kesana.”
Di satu tempat yang sama, dalam keadaan yang juga sama; tapi karena pandangan yang berbeda, akan menghasilkan keinginan yang tidak sama.
Begitu pun orang yang memandang pandemi. Ada yang melihat hanya dari sisi bahayanya, dan ia pun menjadi sangat takut dan malas bergerak keluar rumah.
Tapi, ada yang melihat sisi peluangnya. Seperti orang butuh masker, obat, vaksin, layanan serba online; dan ia pun sukses meraup keuntungan besar.
Itulah yang disebut dengan cara berpikir positif. Tipe orang seperti ini berpatokan bahwa apa pun yang Allah anugerahkan, baik atau buruk, suka atau duka, lapang atau sempit; selalu ada sisi positifnya.
Resepnya, jangan pernah mengeluhkan keadaan. Apalagi menyimpulkan bahwa ia tidak akan berdaya dengan keadaan yang ada.
Coba perhatikan sekali lagi, peluang apa yang sedang Allah tawarkan dari kesulitan yang Ia takdirkan. Karena bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesulitan itu ada kemudahan. [Mh]