ISTIQAMAH itu tegak lurus dalam taat dan tunduk pada Allah subhanahu wata’ala. Dalam keadaan senang, maupun di keadaan susah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Dan hal ini tidak ditemui kecuali hanya pada orang mukmin.
“Jika mendapatkan kesenangan, ia bersyukur. Dan hal itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, ia bersabar. Dan, hal itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)
**
Senang dan susah itu bergilir dialami setiap orang, termasuk orang beriman. Bedanya dengan umumnya orang, mukmin itu memiliki nilai plus di saat senang atau pun susah.
Kalau senang, ia bersyukur, dan rasa syukur itu memberikan nilai plus untuk dirinya. Begitu pun ketika susah, ada nilai plus karena ia bersabar.
Ulama menjelaskan tentang syukur dan sabar itu. Syukur adalah istiqamah di saat seorang mukmin memperoleh kesenangan. Dan sabar adalah istiqamah di saat seorang mukmin merasakan kesusahan.
Jadi, dalam keadaan senang dan susah, seorang mukmin selalu istiqamah. Ia tidak surut, tidak patah semangat, tidak gelisah, tidak bersedih atau gembira yang berlebihan.
Orang yang bersyukur mendapatkan pahala dari Allah, begitu pun mereka yang bersabar.
Jadi, senang atau susah, jika disikapi dengan benar; dua-duanya akan memberikan kebaikan: di dunia dan akhirat. [Mh]