ChanelMuslim.com- Dosa itu ada bekasnya. Bukan terlihat di fisik, tapi pada hati dan jiwa.
Sebuah riwayat mengisahkan tentang Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, atau biasa dikenal dengan Imam Syafi’i.
Suatu hari, penulis Kitab Al-Umm ini mengalami distorsi hafalan. Biasanya, ia begitu menghafal dan hafalan itu akan melekat kuat.
Namun, hari itu berbeda dari biasanya. Imam Syafi’i agak bingung kenapa. Kemudian, beliau menceritakan hal itu kepada gurunya.
Apa yang disampaikan sang guru? Guru dari Imam Besar ini mengajarkan agar melepas semua maksiat yang mungkin ada. Bersihkan hati dari noda-noda yang bermula dari terpaan debu-debu sangat kecil. Sebegitu kecilnya hingga tak terasa.
Dan yang kecil itu jika dilakukan terus-menerus akan menjadi berkarat seperti noda. Maksiat yang sudah berkarat akan menutup hati, mematikan sensor sensitivitasnya terhadap sentuhan cahaya ilahi.
Hafalan, pemahaman, kecerdasan, sensitivitas jiwa merupakan indikasi beningnya hati terhadap pancaran cahaya Ilahi.
Jika maksiat membuat hati ternoda, maka cahaya itu tak sampai terserap hati. Tapi, hanya redup atau bahkan gelap sama sekali.
Dari situlah kenapa hafalan hilang tiba-tiba. Atau, susahnya bukan main ketika akan dipasangkan. Ilmu menjadi surut. Dan boleh jadi akan hilang tenggelam waktu.
Ada indikasi lain yang tak kalah beratnya. Gairah untuk ibadah pun mengalami mati suri. Yang tersisa hanya malas, enggan dan segan.
Riwayat tentang insiden hafalan Imam Syari’i itu mengajarkan kita banyak hal. Bahwa, maksiat dan dosalah yang menjadikan kita kian jauh dari ilmu. Dan, kian tenggelam dari cahaya Allah Yang penuh hikmah. [Mh]