ChanelMuslim.com- Di sebuah kampung terpencil, seorang nenek menjadi pusat perhatian semua warga. Pasalnya, ada keajaiban dari sang nenek yang bisa menguntungkan sekaligus merugikan warga.
Kalau ada warga yang menyebut nenek dengan ‘putih’, warga akan mendapatkan keuntungan berupa air sumur yang jernih dan berlimpah. Tapi, kalau ada yang menyebutnya dengan ‘hitam’, sebagian harta warga akan berpindah ke nenek ajaib itu, dan tidak akan bisa dikembalikan lagi.
Menariknya, menyebut sang nenek dengan kata ‘putih’ tidak memberikan rasa apa-apa. Hambar, tanpa ada sensasi sedikit pun. Berbeda dengan menyebut ‘hitam’, seribu satu sensasi akan dirasakan warga yang menyebutnya.
Sedemikian hebatnya rasa sensasi yang dirasakan, warga yang menyebut ‘hitam’ merasa kurang jika menyebut sekali. Biasanya, akan seperti ketagihan untuk menyebut berkali-kali. Suasana batin pun terasa menjadi sangat nyaman, dan menyenangkan.
Tidak heran jika begitu banyak warga yang terjebak untuk menyebut ‘hitam’ kepada sang nenek. Dan tentu saja, nyaris harta mereka habis tak bersisa karena sudah berpindah ke rumah nenek ajaib ini. Hanya segelintir warga saja yang bisa menahan diri untuk tidak menyebut ‘hitam’ tentang sang nenek.
Seorang anak kecil pernah bertanya bagaimana perasaan sang nenek dengan keajaiban ini. Sang nenek mengatakan, “Nenek bingung kenapa mereka lebih memilih ketagihan ‘hitam’ padahal harta mereka sudah habis. Apa susahnya menyebut ‘putih’ karena itu akan menguntungkan mereka.”
**
Kisah pendek di atas memberikan perumpamaan tentang makna ‘putih’ dan ‘hitam’ terhadap diri seseorang. ‘Putih’ adalah hal-hal baik tentang seseorang, dan ‘hitam’ adalah sebaliknya.
Meski banyak orang paham bahwa menceritakan keburukan seseorang akan mengurangi harta mereka, tetap saja ketagihan dan sensasi itu sulit dikendalikan.
Berbeda dengan harta warga yang terlihat berpindahnya, harta kita yang berpindah tak terlihat dan tak terasa. Padahal, harta yang berpindah itu jauh lebih berharga dari emas, uang, dan harta lain yang kita miliki. Harta itu adalah pahala segala ibadah kita yang terus tergerus karena ketagihan dan sensasi ghibah itu. Naudzubillah. (muhammad nuh)