BERJUANG dengan harta lebih utama daripada sekadar tenaga. Semua orang bisa berjuang dengan fisik, tapi hanya orang tertentu saja yang bisa berjuang dengan harta.
Mungkin sebagian kita bertanya-tanya kenapa Qatar rela mengorbankan begitu banyak uang hanya untuk menjadi tuan rumah piala dunia.
Seperti diberitakan, jumlah yang dianggarkan Qatar totalnya sebesar 230 miliar dolar Amerika. Kalau dirupiahkan nilainya lebih dari 3 ribu triliun.
Angka ini melampaui dua kali total kas cadangan Indonesia yang dikabarkan sekitar 100 miliar dolar Amerika.
Bayangkan hanya untuk pesta olah raga, itu pun berlangsungnya tidak sampai satu bulan, Qatar menghabiskan uang sebesar itu. Dan angka itu tergolong yang terbesar sepanjang sejarah piala dunia.
Kembali ke pertanyaan di atas, kenapa Qatar mau menghabiskan uang sebesar itu. Boleh jadi, angka yang fantastis menurut kita itu, sebenarnya biasa saja buat Qatar.
Selain itu, ada tujuan lain yang ingin diangkat Qatar dari sekadar pesta olah raga. Yaitu, mengangkat wibawa umat Islam di mata dunia.
Seolah Qatar ingin menunjukkan dunia bahwa umat Islam tidak seperti yang dituduhkan selama ini: miskin, terbelakang, kasar, kuno, dan lainnya.
Dalam hal ini, Qatar bisa dibilang sukses mengangkat imej tentang umat Islam di mata dunia. Siapa pun yang mau dibilang gaul dan update dengan perkembangan, kini, tidak akan berani lagi bilang kalau umat Islam kolot dan miskin.
Dan hal itu akan menjadi senjata pamungkas untuk para duat yang kini sibuk mengislamkan warga Barat. Fenomena Qatar menjadi nilai plus seperti apa sebenarnya ajaran Islam.
Di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, juga tidak banyak yang bisa berjuang dengan harta. Hanya orang-orang tertentu saja. Di antaranya Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu.
Abdurrahman bin Auf selalu berada di belakang pendanaan jihad Rasul saat itu. Mulai dari Perang Badar, Uhud, dan lain-lain.
Ada kisah yang menyebutkan bahwa uang yang digelontorkan Abdurrahman bin Auf pada perang Badar sekitar 400 juta rupiah. Padahal saat itu, ia baru saja kehilangan seluruh hartanya yang tidak boleh dibawa hijrah ke Madinah oleh pembesar Mekah.
Ada kisah juga yang menyebutkan bahwa Abdurrahman bin Auf sampai menyatakan kepada Rasulullah bahwa ia akan menginfakkan seluruh hartanya pada Perang Tabuk. Saat itu, biaya perang Tabuk memang sangat besar, sementara umat Islam sedang dilanda paceklik.
Namun, Allah subhanahu wata’ala, melalui Malaikat Jibril, membimbing Rasulullah untuk tidak menerima infak dari Abdurrahman bin Auf yang seratus persen itu. Hal ini boleh jadi karena masih banyak pendanaan lain yang masih sangat dibutuhkan dalam waktu dekat.
Mungkin kita bertanya-tanya, berapa sih nilai harta Abdurrahman bin Auf saat beliau radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia.
Sebuah riwayat menyebut bahwa total harta yang ia wariskan sebesar 3.200.000 dinar. Nilai satu dinar sebesar 4,25 gram emas. Dan nilai satu gram emas saat ini sekitar satu juta rupiah. Silahkan dikalikan saja berapa total harta Abdurrahman bin Auf saat beliau wafat.
Beliau juga telah mewasiatkan bahwa harta warisannya sebesar 40 ribu dinar dihadiahkan untuk istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang saat beliau wafat sudah berstatus janda. Karena Abdurrahman bin Auf wafat di masa kekhalifahan Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhum.
Berapa nilai dari 40 ribu dinar? Kira-kira sebesar 170 milyar rupiah. Rasanya cukup untuk membiayai kehidupan istri-istri Rasulullah.
Itulah nilai plus dari jihad dengan harta. Dan di banyak ayat Al-Qur’an, berjihad dengan harta lebih didahulukan dari berjihad dengan fisik atau jiwa.
Tentu saja, tidak mesti kita harus sekaya Abdurrahman bin Auf dulu baru bisa berjuang dengan harta. Berapa pun harta yang kita miliki, tentu akan bernilai plus jika diberikan untuk perjuangan di jalan Allah.
Karena orang yang berjuang dengan harta setidaknya ia telah dua kali berjuang. Yaitu, berjuang untuk bisa menjadi kaya, dan berjuang untuk mengikhlaskan harta yang susah-susah ia cari itu untuk direlakan demi perjuangan Islam. [Mh]