SENIOR itu bagus. Tapi, merasa diri lebih senior dalam segala hal itu yang masalah.
Belajar dari musuh manusia sepanjang masa: iblis, menyadarkan kita tentang penyakit senioritas. Yaitu, merasa diri lebih tinggi, mulia, unggul, dari junior.
Di banyak kisah disebutkan, ketika terdengar kabar ada makhluk soleh menjadi ingkar, para malaikat minta didoakan oleh iblis. Saat itu, ia bernama Azazil, bukan sosok iblis sekarang.
Azazil itu senior. Ibadahnya luar biasa. Tapi, ia lupa bahwa siapa pun bisa ‘jatuh’ jika takdir Allah menentukannya. Ketika banyak malaikat yang minta didoakan, ia sendiri lupa untuk minta didoakan.
Kenapa? Karena ia merasa senior, tinggi, mulia, dan tak mungkin akan ‘jatuh’ dalam kerendahan.
Tibalah ujian itu datang. Allah subhanahu wata’ala menciptakan Adam alaihissalam. Sosok makhuk bernama manusia yang terbuat dari tanah.
Ketika Adam sudah tercipta sempurna, Allah memerintahkan para malaikat termasuk Iblis untuk memberikan penghormatan. Semuanya patuh pada Allah: memberikan penghormatan pada Adam.
Kecuali, Iblis. Ia tidak mau karena merasa dirinya lebih tinggi dan mulia: kenapa yang lebih tinggi dan mulia harus memberikan penghormatan pada yang junior dan rendah.
“Aku lebih mulia dari dia. Engkau ciptakan aku dari api, sementara Engkau menciptakan dia dari tanah,” jawab Iblis ketika Allah bertanya kenapa tak mau hormat kepada Adam.
Iblis memainkan logika materi: unsur penciptaan api dan tanah. Dan api, menurutnya, lebih mulia dari tanah.
Iblis benar-benar terbuai dan mabuk dengan hegemoni senioritas tentang dirinya. Ia lupa kalau jauh di atas semua unsur materi itu adalah keagungan penciptanya: Allah subhanahu wata’ala.
Ia lupa kalau yang memintanya hormat pada Adam adalah Yang jauh lebih mulia dan tinggi dari semua unsur penciptaan.
Saat itu juga, Iblis menjadi hina. Ia terusir dari ‘singgasana’ kemuliaan yang Allah telah anugerahkan.
Jauh setelah itu, sebuah riwayat menyebutkan, Iblis bertemu dengan Nabi Musa alaihissalam. Ia bertanya kepada Nabi Musa, apakah Allah masih mau mengampuni dosanya.
Nabi Musa bermunajat pada Allah menanyakan tentang hal itu. Dan, jawaban pun sudah ia dapatkan.
“Allah akan mengampuni dosamu, tapi dengan satu syarat,” jawab Nabi Musa kepada Iblis.
“Apa itu?” tanya Iblis.
“Asal engkau mau memberikan penghormatan kepada Nabi Adam di atas kuburannya,” jawab Nabi Musa.
“Wahai Musa, saat dia masih hidup saja, aku enggan memberikan penghormatan kepadanya. Apalagi ketika ia sudah mati?” jawab Iblis seperti mengejek Nabi Musa alaihissalam.
**
Senior itu bukan takaran yang tanpa batas. Orang biasa menyebutkan, “Di atas langit, ada langit!” Hanya Allah yang Maha Tinggi, Maha Agung, dan Maha Mulia.
Menganggap diri paling tinggi dan mulia adalah kebodohan dan kepicikan wawasan. Atau, menunjukkan kerendahan akal, sebelum akhirnya ia akan menjadi rendah dalam fakta yang sebenarnya.
Rendahkan dirimu karena Allah, niscaya Allah akan meninggikanmu. Hinakan dirimu karena Allah, niscaya Allah akan memuliakanmu. [Mh]