TIDUR itu kegiatan paling menyenangkan. Sayangnya, tak semua orang memahami di balik kenikmatan tidur.
Kalau ada kegiatan yang paling tak bisa diganggu, mungkin tidur salah satunya. Dibanding kegiatan lain seperti makan, bekerja, belajar, dan lainnya; tidur merupakan kegiatan yang paling ingin dipertahankan.
Tidak heran jika orang akan marah besar jika tidurnya diganggu. Meski yang mengganggu itu orang-orang dekat dan disayangi. Kenapa?
Inilah fitrah manusia terhadap tidur. Karena tidur bukan sekadar enak dan menyenangkan, tapi merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan: fisik dan jiwa. Asal tidak kebanyakan.
Saat tidur, begitu banyak organ fisik kita yang melakukan penguatan kembali. Seperti baterai yang di-charge ulang dengan energi listrik.
Itu tentang fisik. Tentang jiwa, tidur juga seperti rebooting sebuah software komputer yang lelah karena kebanyakan beban proses.
Tidur menghapus sementara keadaan jiwa yang negatif, seperti marah, takut, gelisah, stress, dan lainnya. Itulah kenapa saat terbangun dari tidur, badan menjadi lebih segar. Dan, bahkan ingin tidur lagi dan lagi.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS. An-Naba: 9)
Hikmah angka sembilan dalam urutan ayat tersebut merupakan angka terakhir dan terbesar. Selebihnya hanya pengulangan dari angka satu hingga sembilan.
Angka terbesar seperti memaknai bahwa tidur sebagai aktivitas yang paling penting dan sangat disukai. Angka terakhir menunjukkan tidur sebagai kegiatan terakhir dalam hidup harian, hingga terakhir dalam masa usia seseorang.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur. Maka, Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan…” (QS. Az-Zumar: 42)
Dengan kata lain, saat tidur itu kita sedang mati. Orang yang tidur, ruhnya kembali kepada Allah. Jika ajalnya belum tiba, ruh itu dikembalikan lagi.
Dengan begitu, tidur seperti latihan merasakan kematian. Fisik kita memang ada di dunia, tapi ruh kita saat itu kembali kepada Allah.
Seperti itulah di antara hikmah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan doa sebelum tidur dan sesudah tidur yang identik dengan kata kematian.
Sehingga suatu saat, ketika ajal sudah waktunya, kita tak perlu takut dengan peristiwa kematian. Karena sudah terlatih di setiap saat tidur kita.
Cuma bedanya, ketika tidur, kita masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki apa yang salah dalam diri kita. Sementara dalam kematian, segalanya sudah final.
Silakan menikmati tidur kita, karena hal itu merupakan kenikmatan yang Allah anugerahkan. Banyak hikmah dan manfaatnya. Dan bersyukurlah dengan tidur yang menyenangkan itu.
Namun sadarilah, bahwa suatu saat kita akan tidur untuk selamanya. Tentang kapan itu datang, hanya Allah yang tahu. Kita tidak pernah tahu, apakah tidur malam ini sebagai momen terakhir kita atau bukan. [Mh]