• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Jumat, 17 Oktober, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Nasihat

Cinta Sejati Harus Suci

Oktober 16, 2025
in Nasihat
Hati-hati saat Jatuh Cinta

Ilustrasi, foto: wallpaperacces.com

66
SHARES
510
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
ADVERTISEMENT

CINTA dan jodoh saling berkait. Tapi, dahulukan jodoh agar cinta bisa tumbuh suci dan lestari.

Ada kisah menarik antara Buya Hamka dan istrinya, Siti Raham, rahimahumullah. Keduanya diikat dalam perjodohan oleh ayah mereka.

Namun begitu, perjodohan itu tentu bukan asal perjodohan. Karena ayah Buya Hamka: Abdul Karim Amarullah merupakan ulama dan pejuang Islam Sumatera Barat. Di situlah keberkahan perjodohannya.

Sebenarnya, Buya Hamka mengakui bahwa bukan tidak ada gadis lain sebelum ia dijodohkan. Ada, bahkan lebih dari satu: ada Kulsum, Maryam, dan seorang anak Syaikh di Mekah. Tapi, ia lebih memilih perjodohan dari ayahnya.

Pada 5 April 1929, Buya Hamka menikah dengan Siti Raham. Usia Buya Hamka 21 tahun, sementara Siti Raham 15 tahun.

Keduanya pun mengarungi bahtera rumah tangga dengan penuh tawakal. Ombak dan badai seperti tak kenal henti ‘menghantam’ bahtera itu. Mulai dari problem ekonomi, fitnah, hingga intrik politik. Namun, semuanya berhasil dilalui dengan husnul khatimah.

Pernah suatu waktu, sedemikian beratnya beban ekonomi saat itu, mereka harus shalat bergantian karena hanya memiliki satu kain sarung.

Profesi Buya Hamka saat itu memang terasa minim. Ia hanya sebagai penulis yang honornya tidak seberapa. Belakangan, Buya Hamka berkembang sebagai mubalig dan juga politisi di Partai Masyumi.

Justru, problematika itulah yang menganugerahkannya begitu banyak keberkahan. Dari pernikahan itu, Buya Hamka dan Siti Raham dianugerahi Allah 14 anak. Sepuluh di antaranya hidup hingga besar, dua meninggal saat masih kecil, dan dua lagi wafat saat dalam kandungan atau keguguran.

Siti Raham begitu sabar menemani suaminya, mengurus semua anak-anaknya. Suatu kali, saat diundang umat di Makasar bersama Buya Hamka, panitia meminta Siti Raham untuk berpidato. Ia agak bingung mau bicara apa. Hal ini karena ia memang belum pernah tampil di depan orang banyak.

“Saya tak pandai berpidato. Kesibukan saya mengurus juru pidato. Begitulah yang bisa saya sampaikan,” begitu kira-kira ucapan Siti Raham begitu sederhana tapi sangat mengena.

Karena ucapan ini, Buya Hamka saat itu juga tampak terharu dan menangis.

Dua puluh tahun setelah pernikahan itu, suatu kali, ayahnya bercanda dengan Buya Hamka, “Ramuan atau jimat apa dari istrimu yang membuatmu tak ingin punya istri lagi?”

Buya Hamka tersenyum. Ia pun menimpali, “Bukan ramuan atau jimat, tapi karena keberkahan dari perjodohan ayah.”

Seperti sudah menjadi hal biasa, ketika hantaman ujian ekonomi melanda keduanya, Siti Raham biasa menjual sedikit harta yang ia punya untuk makan biaya pendidikan anak-anaknya. Ia pernah menjual kalung, gelang, bahkan sejumlah kain yang saat itu sangat berharga.

Pernah Buya Hamka ingin menjual sarung bugisnya. Tapi dilarang oleh Siti Raham: “Biarlah kain saya saja yang dijual, kain Angku Haji harus tetap selalu ada, agar umat tak melihat kita miskin.”

Tak ada yang memisahkan keduanya untuk selamanya, kecuali ajal. Pada tanggal 1 Januari 1972, Siti Raham meninggal dunia.

Sebelum meninggal, ia menanyakan sesuatu ke suaminya: “Apakah kita akan bertemu lagi di surga?”

Buya Hamka menjawab, “Mungkin!” Langsung Siti Raham balik tanya, “Kenapa begitu?”

Buya Hamka menenangkan. Ia mengatakan, “Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, seorang istri yang wafat dalam ridha suaminya, maka ia akan masur surga. Sementara suaminya, belum tentu. Bergantung apakah ia akan tetap istiqamah atau tidak hingga akhir hayatnya.”

“Semoga Angku Haji tetap istiqamah!” ucap Siti Raham yang diaminkan Buya Hamka. Sembilan tahun kemudian, 24 Juli 1981, Allah memanggil Buya Hamka untuk selamanya.

**

Indahnya cinta dalam perjodohan yang penuh berkah. Ada ridha kedua orang tua, ada doa tulus sanak kerabat, dan tentu saja: ridha Allah subhanahu wata’ala.

Jangan dahulukan cinta sejati sebelum perjodohan suci. Jodohan dahulu baru cinta-cintaan. Karena datangnya kebahagiaan seiring sejalan dengan ketaatan agama. [Mh]

 

 

 

 

Tags: Buya Hamka dan Siti RahamCinta Sejati Harus Suci
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
Previous Post

Adab Memotong Kuku dalam Islam

Next Post

Resensi Buku Jatuh Sekali, Bangkit Berkali-kali

Next Post
Resensi Buku Jatuh Sekali, Bangkit Berkali-kali

Resensi Buku Jatuh Sekali, Bangkit Berkali-kali

Mirip Pulau Karimunjawa, Pulau Sebesi Lampung Selatan Akan Menjadi Wisata Bahari

Mirip Pulau Karimunjawa, Pulau Sebesi Lampung Selatan Akan Menjadi Wisata Bahari

Bukan Negeri tanpa Ayah (1)

Bukan Negeri tanpa Ayah (1)

  • Tafsir Al Munir

    Terjemahan Hadits Arbain Pertama Lengkap dengan Huruf Latin

    5005 shares
    Share 2002 Tweet 1251
  • 12 Adab dalam Majelis Al-Qur’an

    4535 shares
    Share 1814 Tweet 1134
  • 124 Nama Sahabiyat untuk Bayi Perempuan

    7513 shares
    Share 3005 Tweet 1878
  • Islamic Relief Indonesia Dirikan 83 Huntara di Cianjur dan Cash Voucher untuk 5.600 Penerima Manfaat

    120 shares
    Share 48 Tweet 30
  • Tidak hanya Anak, ini Alasan Orang Tua juga Harus Membatasi Penggunaan Gawai

    103 shares
    Share 41 Tweet 26
  • Doa Ibu yang Mengubah Nasib Anak

    3115 shares
    Share 1246 Tweet 779
  • Kisah Julia Prastini, Dulu Benci Islam Sekarang Mualaf Hafidz Qur’an

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Legislator Ungkap APBN untuk Bayar Utang Kereta Cepat Tidak Tepat

    67 shares
    Share 27 Tweet 17
  • Doa untuk Palestina Lengkap beserta Artinya

    1490 shares
    Share 596 Tweet 373
  • 100 Koleksi Murottal Quran Terbaik Sepanjang Masa

    420 shares
    Share 168 Tweet 105
Chanelmuslim.com

© 1997 - 2025 ChanelMuslim - Media Online Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2025 ChanelMuslim - Media Online Pendidikan dan Keluarga