CERDAS emosi merupakan sisi lain dari kesuksesan hidup seseorang. Inilah tanda bahwa seseorang memiliki hati yang matang.
Anak kecil itu bukan hanya ukuran fisiknya saja yang kecil. Kapasitas emosinya pun masih sangat kecil. Jangan heran jika anak kecil mudah menangis, menjerit, marah, dan mengamuk.
Rasa memiliki anak kecil begitu besar. Apa pun yang ia suka, ia akan menyatakan bahwa itu miliknya atau harus menjadi miliknya. Bagaimana kalau ada hambatan, di situlah emosinya berbicara.
Hal ini tergolong wajar. Karena anak kecil masih menjadi bawaan cetakan alami manusia. Hati dan jiwanya belum berkembang dewasa.
Tentang sifat dasar manusia ini, Allah subhanahu wata’ala berfirman, “…dan sesungguhnya cinta (manusia) kepada harta benar-benar berlebihan.” (QS. Al-‘Adiyat: 8)
Jika hati dan jiwa tidak terdidik dan terbina dengan baik, maka karakter itu akan terus apa adanya hingga dewasa. Kalau dapat senangnya bukan main hingga lupa bersyukur kepada Allah, dan jika kehilangan marah dan sedihnya juga bukan main karena tidak sabar dengan keputusan Allah.
Ada pembinaan hati yang bisa dilakukan oleh diri sendiri. Antara lain dengan memperbanyak zikir. Karena zikir bisa mendewasakan hati dan jiwa.
Allah berfirman, “Orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan berzikir kepada Allah, hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 29)
Kalau hati tenteram, tenang, stabil; maka segala emosi pun akan mengikutinya. Saat itulah nalarnya menjadi normal untuk mencari solusi dari masalah.
Ada juga pembinaan hati yang langsung diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Pembinaan tersebut dilakukan melalui ujian-ujian hidup.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika Allah mencintai suatu kaum, maka mereka akan diuji.” (HR. Ath-Thabrani)
Tidak heran jika orang-orang yang teramat Allah cintai akan mengalami tingkat ujian yang lebih tinggi. Di antara mereka adalah para Nabi dan Rasul, ulama, dan para salafus soleh.
Hal ini karena semakin mereka Allah uji, hati dan jiwanya semakin terlatih untuk lebih tenang dan lebih dekat lagi kepada Allah.
“Tidak ada musibah yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allah. Dan siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan petunjuk (hidayah) kepada hatinya.” (QS. At-Tagabun: 11)
Coba terus latih emosi kita dengan sikap sabar. Yakini bahwa semua yang terjadi sudah Allah takdirkan jauh sebelum kita ada. Dan tentu akan selalu ada hikmahnya. [Mh]