CAPEK atau lelah itu bukan pada fisik. Tapi lebih karena hati yang tidak terpuaskan.
Capek itu bisa dibilang relatif. Artinya, di satu hal seseorang merasakan lelah. Tapi di hal yang lain, dengan tenaga yang sama, ia tidak merasa lelah.
Contoh, ketika di suasana pengajian, seseorang merasakan lelah dan ngantuk. Tapi seusai pengajian, ia bisa menonton sinetron berjam-jam.
Contoh lain, ketika di tanggung bulan, seseorang merasakan fisik yang sangat capek, bosan, dan tidak menggairahkan. Tapi ketika di tanggal gajian, tenaganya tiba-tiba pulih seketika.
Contoh lain lagi, ketika seorang lajang sedang jatuh cinta, ia merasakan semuanya serba indah. Tak ada rasa sakit, capek, dan bosan. Yang ada hanya keindahan.
Itu pula kenapa ada orang-orang yang begitu rela dan senang mendaki gunung yang tinggi. Ia tak peduli dengan lelah dan risikonya. Hal ini karena ia hobi atau cinta.
Jadi, lelah, bosan, dan sejenisnya; bukan karena alasan fisik. Tapi karena keadaan hati. Hatilah yang mempengaruhi fisik untuk merasakan hal yang tidak enak itu. Begitu pun sebaliknya ketika hati senang.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan bahwa hati itu seperti raja. Jika dia baik, baiklah seluruh jasad. Dan begitu pun jika sebaliknya.
Tapi jangan salah. Jangan begitu saja menuruti hati mengikuti apa yang diinginkan dan disukai. Karena tidak semua hati dalam keadaan sehat. Sehat dalam arti disinari cahaya Allah subhanahu wata’ala.
Ada juga hati yang berkarat atau rusak. Ada hati yang sudah dikendalikan nafsu dan syahwat.
Solusinya kembali kepada keimanan yang benar dengan Allah dan memperbanyak ibadah. Karena dengan cara ini, hati kita akan selalu dalam bimbingan Allah.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Tidak ada musibah yang menimpa, kecuali dengan izin Allah. Dan siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya…” (QS. At-Tagabun: 11)
Jadi ketika capek atau bosan, bukan istirahatkan fisik. Tapi istirahatkan hati. Dan mengistirahatkan hati adalah dengan ibadah. [Mh]