ChanelMuslim.com- Senyum itu seolah menjadi hal biasa. Seolah senyum sudah seperti sapaan tubuh sebelum kata-kata terucap.
Ada hal sederhana yang bisa memiliki kesan luar biasa. Yaitu, senyuman. Inilah ekspresi wajah yang menunjukkan keramahan, persaudaraan, keakraban, bahkan siap membantu.
Kata terakhir sudah menjadi standar aturan di pelayanan publik. Senyum bagi mereka sudah seperti reaksi otomatis yang menyiratkan ungkapan siap membantu dan melayani.
Standar ini bisa dibilang menjadi aturan umum sebagai bagian dari strategi marketing dan sejenisnya. Keramahan dan keakraban akan menjadikan konsumen memiliki ikatan batin yang lebih kuat.
Ada juga sebagian orang yang menyebut senyum jenis ini sebagai senyum yang nggak ikhlas. Karena ada tujuan lain di balik senyum.
Terserah saja orang menilai apa pun dengan berbagai ekspresi senyum. Yang jelas, menyemarakkan senyum menjadikan suasana hubungan antar individu menjadi rileks dan akrab. Walaupun motifnya hanya sebagai standar pelayanan bisnis.
Nah, tentu berbeda nilai senyum antar sesama muslim. Bukan seperti senyum pada umumnya. Tidak sekadar formalitas, apalagi karena ada target yang ingin didapatkan.
Yaitu, ekspresi senyum yang keluar murni sebagai cerminan keadaan hati. Tidak ada hal yang membahagiakan selain bertemu dengan saudara muslim. Dan kebahagiaan itu diekspresikan dalam bentuk senyum.
Bagi muslim yang menerima senyum merasakan bahwa dirinya begitu sangat berarti untuk saudaranya sesama muslim. Sehingga kehadirannya mampu memunculkan ekspresi bahagia dalam wujud senyum.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bahwa senyuman itu bernilai sedekah. Hal ini karena siapa pun seorang muslim akan sangat berterima kasih dengan sedekah itu.
Senyum bisa menghibur hati yang gundah gulana. Senyum bisa mengingatkan perlunya rasa syukur atas kebahagiaan lain yang selalu Allah anugerahkan. Dan seterusnya.
Jadi, tanpa banyak nasihat, hanya dengan senyum; sentuhan nasihat itu begitu terasa. Seolah senyum itu mengatakan, “Sudahlah, jangan terlalu dirisaukan. Kita masih bisa bahagia dengan cara lain.” Dan lainnya.
Seorang sahabat bernama Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu pernah mengungkapkan bahwa selama ia berjumpa dengan Rasulullah, selalu saja ia temui wajah beliau dalam keadaan ceria. Seolah senyum Rasulullah terlebih dahulu menyapa sebelum ucapannya.
Jadi, mungkin kita tidak bisa selalu mampu memberikan hadiah atau apa pun yang berharga untuk saudara kita sesama muslim. Tapi, kita sangat mampu menghadiahkan mereka keadaan hati yang bersahabat, penuh persaudaraan dan cinta. Dan itulah senyum kita.
Berikanlah senyum paling ikhlas untuk saudara kita sesama muslim. Bahagiakan mereka, hibur hatinya walau hanya dalam bentuk senyum. Karena kita tidak tahu hal menyusahkan apa yang tengah mereka alami. [Mh]