PAMRIH itu mengharapkan imbalan dari yang dibantu. Padahal, balasan dari Allah jauh lebih bernilai.
Islam mengajarkan tolong menolong. Menolong orang yang kesusahan dengan tulus, balasannya begitu besar. Allah akan menolongnya di dunia dan akhirat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang memberikan kemudahan kepada orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
Jadi, harapan utamanya ‘pamrih’ dari Allah subhanahu wata’ala. Bukan dari siapa pun yang ia bantu.
Sayangnya, lingkungan membentuk kebiasaan yang buruk. Di masyarakat yang serba materialis apa-apa tidak ada yang gratis. Selalu ada imbalannya.
Bahkan, profesi yang sudah ada gajinya, masih saja mengharapkan pamrih dari tugasnya. Biasanya profesi yang berhubungan dengan pelayanan publik.
Inilah lingkungan buruk yang membentuk karakter orang. Kalau ada uang, ada pelayanan. Nggak ada uang, pelayanan di awang-awang.
Perubahannya sederhana. Dimulai dari diri kita sendiri dan keluarga. Hal-hal sederhana harus dibiasakan dalam bentuk tanpa pamrih.
Misalnya, melatih anak-anak untuk membantu orang tua tanpa pamrih. Meskipun jumlah uangnya sangat terjangkau bagi orang tua, tapi kebiasaan yang terbentuk itu yang berat. Itulah yang akan membentuk karakter anak-anak menjadi serba pamrih.
Kalau terhadap orang tuanya saja ada upah. Apalagi terhadap orang lain. Apalagi terhadap tugas-tugas sosial yang lebih berat.
Pahamkan juga diri dan keluarga tentang nilai ikhlas. Yaitu, memurnikan niat hanya mengharap balasan dari Allah subhanahu wata’ala.
Membantu orang lain itu bernilai sedekah. Meskipun tidak dalam bentuk uang, hanya tenaga dan keterampilan.
Jika setan menggoda tentang pentingnya imbalan, segera pupus godaan itu. Kembalikan lagi kesegaran iman dan keikhlasan.
Jika lingkungan melazimkan imbalan, anggap itu sebagai pertarungan. Butuh ketegasan dan konsistensi. Beramal tanpa pamrih merupakan ciri para Nabi dan orang-orang soleh sebelum masa kita.
Belajarlah untuk beramal tanpa pamrih. Yakinlah bahwa apa yang Allah janjikan jauh lebih bernilai: di dunia dan akhirat. [Mh]