• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Minggu, 19 Oktober, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Nasihat

Belajar dari Kisah Shalahuddin Al-Ayyubi

Januari 2, 2023
in Nasihat, Unggulan
Belajar dari Kisah Shalahuddin Al-Ayyubi

Ilustrasi, foto: minews.id

111
SHARES
851
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
ADVERTISEMENT

KISAH Sultan Saladin atau Shalahuddin Al-Ayyubi menginspirasi banyak hal. Salah satunya, pelajaran tentang ibda’ binafsik, atau memulai dari diri sendiri.

Namanya Yusuf bin Najmuddin Ayyub. Lahir pada tahun 1138 di Tikrit, salah satu daerah di Irak saat ini. Beliau wafat di usia 55 tahun dan dimakamkan di Damaskus, Suriah saat ini.

Bisa dibilang, Shalahuddin menjadi panglima perang karena kebetulan. Yaitu ketika ia selalu mendampingi pamannya, Syirkuh bin Syadzi yang saat itu menjabat panglima perang di kawasan Damaskus.

Berapa usia Shalahuddin ketika ‘magang’ bersama pamannya? Usianya sekitar dua puluhan tahun. Shalahuddin bisa dibilang seperti ‘qarin’ buat pamannya di semua medan perang melawan tentara Salib yang saat itu sudah menguasai Yerusalem.

Hal itu bukan karena permintaan pamannya, atau pun karena mengincar karir di kemiliteran. Tapi, murni karena tekadnya untuk mengusir tentara Salib dari Yerusalem yang saat ini bagian dari Palestina.

Yang dilakukan Shalahuddin merupakan upaya penaklukan kedua. Pada abad ketujuh, Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu juga pernah menaklukan Yerusalem dari kekuasaan Salib.

Perhatikan perbedaannya: Umar sebagai khalifah dan Shalahuddin sebagai ‘hanya’ sultan, bukan khalifah. Karena kekhalifahan saat itu dipegang dinasti Abbasiyah yang berpusat di Bagdad, Irak saat ini.

Artinya, penaklukan yang dilakukan sultan Saladin, begitu orang Barat menyebutnya, lebih karena perjuangan dan kegigihan para sultan, bukan khalifah.

Miris memang, bagaimana mungkin kota suci ketiga umat Islam, Yerusalem, bisa jatuh ke tangan Salib justru di saat umat Islam berada di masa keemasannya.

Dan sejarah mencatat, perjuangan yang dilakukan Shalahuddin dan para mujahidin saat itu dilakukan dengan modal uang sendiri, kesadaran sendiri, dan juga tenaga yang mereka miliki. Sementara dukungan dari kekhalifahan saat itu bisa dibilang minim.

Kelalaian besar ini baru disadari kekhalifahan Abbasiyah setelah perjuangan Shalahuddin usai. Bukan karena momen konflik pasukan Salib dengan umat Islam.

Tapi ketika pasukan Mongol berhasil menaklukan kota Bagdad dan membantai hampir satu juta umat Islam di kota yang menjadi pusat peradaban dunia saat itu. Termasuk di antara yang tewas adalah khalifah dan keluarganya.

Kembali ke Shalahuddin yang terus berjibaku bersama mujahidin dengan modal apa saja yang mereka miliki. Syukurnya mereka didukung para sultan di kawasan sekitar Yerusalem: kesultanan Mosul, Aleppo, Damaskus, dan Mesir.

Namun dukungan di wilayah-wilayah itu pun bukan datang dengan sendirinya. Melainkan juga kerja keras Shalahuddin untuk menyatukan semua wilayah itu dalam satu komando.

Lebih dari separuh usianya dihabiskan untuk jihad mengambil alih kekuasaan Yerusalem. Semua pasukan kontingen pasukan Salib kenal betul dengan Shalahuddin. Mulai dari kontingen Prancis, Inggris, Italia, dan dinasti Bizantium yang saat itu berpusat di Istanbul, Turki saat ini.

Meskipun bermusuhan di medan perang, tapi sosok Shalahuddin begitu dihormati para komandan lawan. Ia dikenal baik sebagai panglima yang tidak ingkar janji, mendahulukan dialog dari senjata, menghormati tawanan, dan lainnya.

Pernah suatu kali panglima Salib dari Inggris, Raja Richard, tidak bisa melanjutkan perang untuk sementara waktu karena sakit. Apa yang dilakukan Shalahuddin?

Ia tidak justru memanfaatkan kesempatan untuk memerangi musuh yang sedang tanpa komando. Justru, ia mengirim makanan, obat-obatan, bahkan dokter untuk kesembuhan Raja Richard.

Sedemikian dihormatinya Shalahuddin di mata Barat, bahkan Jerman pun menamai salah satu produk tanknya dengan nama Saladin.

Yerusalem baru bisa direbut Shalahuddin setelah berjihad selama kurang lebih tiga puluh tahun, Konflik pun berakhir ketika di barisan Salib terjadi perebutan pengaruh dan kekuasaan di antara mereka.

Pengepungan yang mereka lakukan terhadap pasukan Shalahuddin yang sudah menguasai Yerusalem pun akhirnya berakhir. Masing-masing pulang ke negerinya dengan perasaan dendam. Bukan terhadap Shalahuddin, tapi terhadap kepemimpinan di antara mereka sendiri.

**

Mulai dari diri sendiri. Itulah di antara pelajaran dari kisah ini. Shalahuddin tidak putus asa berjuang meski tidak didukung ‘para bosnya’ di Bagdad saat itu.

Dan kesadaran itu juga berlangsung di hati para mujahidin dan sultan di sekitar Yerusalem. Mereka berjuang sendiri dan dengan modal sendiri. Meskipun dalam komando yang tidak sendiri-sendiri.

Bayangkan jika Shalahuddin dan para sultan di sekitar Yerusalem ‘mengandalkan’ seratus persen khalifah saat itu. Boleh jadi, Yerusalem tidak pernah ditaklukkan oleh umat Islam untuk yang kedua kalinya.

Seorang pengawal Shalahuddin begitu terkejut berapa harta yang dimiliki Shalahuddin saat beliau wafat. Saat itu sang pengawal ingin belanja kain kafan dan perlengkapan lainnya untuk jenazah panglimanya. Ia hanya menemukan beberapa keping uang perak di kotak penyimpanannya.

Ia baru menyadari, semua harta yang dimiliki Shalahuddin sudah habis untuk membiayai jihad umat Islam. Meskipun Shalahuddin tidak pernah mengatakan itu.

Jenazah Shalahuddin dishalatkan di Masjid Agung di Damaskus. Ia wafat setelah beberapa hari sakit demam. Bisa dikatakan, hampir seluruh umat Islam di Dimaskus dan sekitarnya tumpah ruah untuk mensholatkan dan memakamkan mujahid agung itu.

Shalahuddin menghembuskan nafas terakhirnya setelah seorang qari membacakan Al-Qur’an di kamar tidurnya semalaman suntuk. Ketika qari tiba di Surah Al-Hasyr ayat-ayat terakhir tentang keagungan Allah subhanahu wata’ala, ia mengucapkan ‘shadaqta’, kalian benar.

Jadi, selagi kita bisa melakukan perubahan yang bisa dilakukan, segeralah lakukan. Jangan pernah menunggu keadaan, dukungan, modal, dan lainnya yang datang dari luar diri kita. Karena itulah peluang amal soleh yang Allah sediakan untuk kita. [Mh]

 

Tags: Belajar dari Kisah Shalahuddin Al-Ayyubi
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
Previous Post

Ciri-Ciri Laki-Laki yang Siap Menikahimu

Next Post

Ciri Mereka yang Mendapatkan Hidayah

Next Post
Ciri mereka yang mendapatkan hidayah

Ciri Mereka yang Mendapatkan Hidayah

Doa Agar Bersikap Benar Terhadap Harta dan Dunia

Doa Agar Bersikap Benar Terhadap Harta dan Dunia

Orang-orang yang Merasa Senang Ditinggalkan Dakwah

5 Modal Seorang Muslim Memasuki Tahun 2023

  • Tafsir Al Munir

    Terjemahan Hadits Arbain Pertama Lengkap dengan Huruf Latin

    5035 shares
    Share 2014 Tweet 1259
  • 124 Nama Sahabiyat untuk Bayi Perempuan

    7523 shares
    Share 3009 Tweet 1881
  • Penampilan Putri Ariani Bawakan Cover Lagu Golden di Ajang Formula 1 Singapore Grand Prix 2025

    72 shares
    Share 29 Tweet 18
  • 12 Adab dalam Majelis Al-Qur’an

    4542 shares
    Share 1817 Tweet 1136
  • Doa Ibu yang Mengubah Nasib Anak

    3120 shares
    Share 1248 Tweet 780
  • 25 Nama Bayi Laki-Laki Berawalan Huruf Z dalam Bahasa Arab

    665 shares
    Share 266 Tweet 166
  • Salimah PW Papua Barat Gelar Muswil II

    67 shares
    Share 27 Tweet 17
  • Sosok Hindun binti Utbah setelah Masuk Islam

    111 shares
    Share 44 Tweet 28
  • Kenalkan Islam pada Siapa pun

    66 shares
    Share 26 Tweet 17
  • Ayat Al-Qur’an tentang Traveling

    385 shares
    Share 154 Tweet 96
Chanelmuslim.com

© 1997 - 2025 ChanelMuslim - Media Online Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2025 ChanelMuslim - Media Online Pendidikan dan Keluarga