BALASAN amal itu bukan di dunia, tapi di akhirat. Dunia ini tempat manusia diuji, siapa yang baik dan siapa yang buruk.
Mungkin ada yang membayangkan kenapa sudah banyak ibadah tapi tetap miskin. Sementara, mereka yang tidak dekat dengan Allah, tapi hidupnya senang.
Kalau logika ini yang diterapkan, maka orang yang paling kaya di dunia ini bukan Elon Musk. Bukan juga Bill Gates. Tapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Karena Rasulullah manusia yang paling banyak dan paling bagus ibadahnya di banding siapa pun di muka bumi ini.
Nyatanya, Rasulullah tidak kaya. Bahkan hingga wafat pun, rumah beliau sangat kecil. Hanya seukuran rumah petakan saat ini.
Jadi, ibadah dan kesolehan tidak berhubungan sebab akibat dengan kekayaan di dunia. Dunia ini bukan tempat untuk mendapat balasan.
Pernahkah terpikir oleh kita kenapa para Nabi yang mulia tidak dilahirkan di Swiss. Tidak di bumi yang bergelimang keindahan dan kenyamanan. Padahal, mereka orang yang paling dicintai Allah.
Para Nabi alaihimus sholaatu wassalam justru lahir dan mengembang amanah dakwah di tempat yang tandus, gersang, dan susah air.
Sepanjang hidup mereka bergelut dengan penderitaan, kesusahan, ancaman, pengusiran, bahkan pembunuhan. Begitu pun para sahabat dan pengikut mereka yang mulia.
Sementara lawan mereka, para durjana dan pembangkang Allah, justru hidup dalam gelimang harta dan kemewahan. Semakin banyak hartanya, semakin besar pembangkangannya kepada Allah.
Inilah kenyataan yang mungkin perlu sekali kita renungkan. Bahwa, jangan membayangkan kalau balasan ibadah dan kesolehan langsung kontan di dunia ini juga.
Dunia ini di sisi Allah tidak senilai dengan sayap lalat. Kalau senilai dengan sayap lalat, tak seorang pun orang kafir yang bisa menikmati dunia meskipun setetes air.
Berkali-kali Allah firmankan dalam Al-Qur’an bahwa akhirat itu jauh lebih baik dan lebih kekal. Wal aakhiratu khairun wa abqa.
Sepertinya, Allah Maha Tahu bahwa balasan untuk hamba-hambaNya yang soleh bukan di dunia ini. Tapi di akhirat. Ada tempat di sana yang jauh lebih baik dan lebih pantas untuk mereka yang soleh.
Sekalipun di dunia susah, susahnya hanya sementara. Hanya bilangan tahun yang merupakan akumulasi perputaran siang dan malam. Setelah itu, mereka abadi dalam kebahagiaan.
Ikhlaskan amal dan ibadah kita hanya untuk meraih ridha Allah. Kalau pun mendapat kesenangan dunia, alhamdulillah. Tapi, bukan itu yang menjadi tujuan utama. [Mh]