LITERASI keuangan adalah investasi jangka panjang untuk mengelola dan menjaga kestabilan kondisi keuangan. Kaum perempuan diharapkan dapat memilih strategi dan keputusan keuangan yang tepat serta bertanggung jawab pada keputusan keuangan yang diambil. Sehingga kondisi keuangan tetap terjaga dan dapat terhindar dari kejahatan finansial.
Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya memiliki pengetahuan yang cukup mengenai bagaimana mengoptimalkan uang untuk kegiatan yang produktif dan belum memahami dengan baik berbagai produk dan layanan jasa keuangan yang ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan formal dan lebih tertarik pada tawaran-tawaran investasi lain yang berpotensi merugikan mereka.
Dengan pemahaman literasi keuangan yang tepat, peran ibu sebagai menteri keuangan rumah tangga dapat ditingkatkan. Ia dapat menentukan tujuan keuangan keluarga, melakukan pencatatan keuangan yang benar, membuat pos keuangan, memilih produk keuangan, dan bijak dalam berhutang dan berinvestasi.
Hal ini disampaikan oleh para narasumber dari berbagai lembaga keuangan dalam kegiatan seminar SICANTIKS (Sahabat Ibu Cakap Literasi Keuangan Syariah) yang diikuti oleh para pengurus Pimpinan Wilayah Persaudaraan Muslimah (PW Salimah) DKI Jakarta pada Selasa (10/10), di Hotel Vertu Harmony, Gambir, Jakarta Pusat.
Acara yang diadakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini, diikuti oleh sekitar seribu peserta dari berbagai ormas muslimah, majelis taklim, penggiat dakwah, komunitas defabelitas, dan yayasan muallaf Indonesia se-Jabodetabek.
Pada kesempatan tersebut dijelaskan pula tentang karakteristik investasi ilegal, bahaya pinjaman online ilegal, perlindungan data pribadi dan praktik pengelolaan keuangan sederhana.
Kegiatan ini tidak berhenti di sini saja. Tapi berlanjut dengan diskusi dan pelatihan dalam WAG.
Diharapkan gap yang tinggi antara pemahaman literasi keuangan konvensional dan syariah semakin berkurang. Dan para peserta makin bijak dan bisa memberikan pencerahan tentang hal tersebut bagi keluarga dan masyarakat. [Mh/Salimah]