ChanelMuslim.com-Aksi sedekah nasi untuk jamaah sholat Jumat di masjid-masjid rutin dilakukan oleh Komunitas Sijum (Nasi Jumat). Bagaimana gigihnya perjuangan para ibu yang menjadi motor penggerak Sijum di daerah Setu Babakan, Jakarta Selatan? Simak selengkapnya.
Ratusan wadah styrofoam berisi nasi dan lauk pauk tertumpuk rapi di atas meja di pelataran parkir Masjid Nurul Iman, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Tampak 3 ibu tengah membereskan peralatan, perlengkapan, dan juga mengatur susunan nasi agar mudah diambil oleh para jamaah.
Setiap Jumat, sejak Subuh, sekitar 10 orang ibu yang dimotori oleh Andhika Ratnasari ini sudah sibuk memasak dan menyiapkan makanan untuk dibagikan di masjid. Ada yang bertugas ke pasar untuk berbelanja bahan makanan, ada yang meracik sayuran dan bumbu, memasak nasi, dan membeli perlengkapan lainnya untuk aksi Sijum hari itu. Tak melulu nasi, kadang menu yang disajikan berupa lontong sayur, bakso, dan lain-lain.
Menurut Andhika, meski baru berjalan beberapa bulan, Sijum Setu Babakan sudah mulai mendapat perhatian dari warga sekitar, khususnya yang berada di sekitar masjid.
“Banyak yang nanya, ini apa? Dari mana? Akhirnya kita jelaskan, ini sedekah Jumat untuk jamaah yang sholat Jumat. Dari situ mulai banyak yang respon,” ujar ibu 3 anak ini kepada ChanelMuslim, Jumat (12/1).
[gambar1]
Antusiasme anak-anak dan jamaah terhadap Sijum
Mulai dari beberapa boks nasi, kemudian bertambah tiap pekan menjadi 100 boks, 200 boks, dan hingga Jumat ini mencapai 309 paket nasi yang dibagikan kepada jamaah. Peningkatan ini disyukuri Andhika karena niatnya untuk bersedekah ternyata banyak yang mengikuti, termasuk para donatur yang mulai berdatangan.
“Awalnya niat untuk sedekah, kok kayaknya hidup banyak masalahnya, coba sedekah lewat Sijum. Ternyata ada yang gabung, sekarang sudah ada sekitar 10 ibu-ibu yang ikut dan donatur juga bertambah, ada yang ngasih rice cooker, uang, telur, ayam, dan lain-lain,” ujar muslimah yang akrab disapa Ika tersebut.
Bukan kebaikan namanya jika tanpa tantangan, salah satunya yang dialami Ika ialah sempat dicurigai misionaris.
“Iya, ada juga yang nyangka misionaris karena di dekat sini memang ada perkampungan nonmuslim yang aktif kegiatan sosialnya,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Ika membuktikan bahwa aksi Sijum ini murni untuk amal dan dari kita untuk kita yaitu dengan cara konsisten menggelar aksi Sijum.
Di lain pihak, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Nurul Iman menyambut baik kegiatan Sijum. Salah satunya diutarakan oleh H. Adi, pengurus DKM Nurul Iman.
“Saya kira ini aksi sosial yang sangat baik, branding-nya bagus, nggak banyak berkata-kata tapi langsung aksi ke masyarakat,” tuturnya.
[gambar3]
Dewan Kemakmuran Masjid Nurul Iman, dari kiri-kanan: H. Adi, Ustadz Martin, H. Kasiman, H. Asri
Adi hanya berpesan agar ibu-ibu yang bergabung dalam Sijum tidak mengesampingkan tugas utamanya di rumah.
“Saya berharap, ibu-ibu yang gabung di Sijum ini jangan sampai mengesampingkan suami, menelantarkan anak, apalagi juga misalnya memaksakan untuk bersedekah sementara suami tidak mengizinkan, dan sebagainya,” ujarnya.
[gambar2]
Jamaah tambah semangat ke Masjid dengan adanya Sijum
Meski banyak kendala yang dihadapi, bagi Ika dan kawan-kawan, Sijum merupakan sarana motivasi untuk terus menyebarkan kebaikan sekecil apapun. Selain itu, anak-anak pun ikut senang menemani ibunya dalam aksi Sijum sekaligus melatih mereka untuk mencintai masjid dan bersedekah.
Semoga istiqomah.
(Ind/Desi)