Ditulis oleh: Reni Anggrayni, ST
Ketua Umum Salimah
PALESTINA.
Dari sejarahnya, kita belajar. Dari rakyatnya, hati terketuk. Sejuta inspirasi hadir menggugah jiwa manakala menyaksikan perjanan panjang perjuangan mereka. Tua, muda, perempuan, laki-laki, semua hadir penuh motivasi.
Berikut secuplik pelajaran dari manusia-manusia hebat di bumi penuh berkah. alladzi barakna haulahu linuriyahu min ayatina. Semoga mampu membangkitkan girah.
1. Akhlak Mulia
Mereka menerima gelombang massa rakyat yang terusir, tak memiliki tempat tinggal, bahkan tak memiliki negara.
Mereka memberikan tanahnya untuk membangun rumah tinggal, berbagi lahan sebagai tempat memulai hidup baru.
2. Merespons dengan Perjuangan
Ketika tamu yang telah diterima dengan baik berubah culas dan tak tahu balas budi—mengakui tanah pemberian sebagai milik sendiri, menyakiti tetangga yang telah tulus berbagi, dan perlahan menghabisi mereka untuk mengakuisisi seluruh negeri—mereka tak diam.
Mereka memilih untuk bertahan dan berjuang.
3. Ketangguhan dalam Bertahan
Tujuh puluh tujuh tahun dizalimi, ditindas, diperangi. Kehilangan rumah, terpuruk materi, luluh lantak bangunan sekolah, tercerai-berai keluarga—semua itu tak menjadikan anak bangsa di Tanah Para Nabi ini rapuh, hancur, atau kehilangan jati diri.
Negara hadir melindungi bangsanya.
Rakyat melihat dan merasakan bahwa mereka dicintai dan dilindungi.
Loyalitas kepada pemimpin membuat mereka tetap bertahan—bersama mempertahankan setiap jengkal tanah yang diberkahi.
Lalu…
Bagaimana mungkin sebuah bangsa yang porak poranda, tercerai-berai dari keluarga, dan dilanda kehancuran selama lebih dari setengah abad tetap mampu bertahan?
Dari reruntuhan itu, mereka terus melahirkan generasi tangguh—generasi yang berakhlak mulia.
Orang tuanya tangguh.
Masyarakatnya religius.
Anak-anaknya tak patah aral, tak tunduk oleh ketakutan.
Mereka terus melangkah ke garda terdepan, meneriakkan takbir, “Allahu Akbar!”
Melempar, menyerang dengan apa pun yang ada di tangan.
Alih-alih surut ke belakang, mereka justru maju, menjemput syahid dengan keberanian yang menggetarkan.
Dari manakah energi ketangguhan ini berasal?
Nampaknya, mata pelajaran ruhiyah yang mereka serap dari baris-baris ayat suci Al-Qur’an Al-Karim menjadi kurikulum maha dahsyat.
Lantunan ayat bukan hanya tertanam di lisan, melainkan telah mengalir dalam darah, mengisi sanubari, menenangkan hati, menjernihkan pikiran, dan membangkitkan kekuatan raga untuk terus berjuang.
simahum fi wujuhihim min atsaris sujud
terpancar cahaya ilahi dari wajah mereka..
Wajah anak bangsa yang sama-sama hidup di tanah yang sama, bumi Allah Ta’ala.
Al-Quds mengajarkan kita:
Selama teguh berpegang pada Kitabullah, Sang Pemilik Kalam akan menjadi pelindung terbaik, penunjuk jalan yang lurus, pemberi solusi atas persoalan, dan penjamin kehidupan yang penuh berkah—dalam dimensi yang melampaui masa hayati seseorang, dari hari ini hingga hari setelah kehidupan berhenti. [Mh/Salimah]