SERINGKALI, pencarian jodoh menjadi sumber kegalauan terbesar bagi para lajang. Banyak yang sibuk menyusun daftar kriteria pasangan idaman, mulai dari mapan, good looking, hingga romantis, namun lupa pada satu hal fundamental: mengenali siapa dirinya sendiri.
Kegelisahan inilah yang dijawab tuntas oleh Salimah Tulungagung dalam agenda Sekolah Pranikah Salimah (Serasi) yang digelar pada Ahad (30/11). Bertempat di Masjid Ni’matur Rubiyah, Kepatihan, acara ini menghadirkan Konselor Keluarga, Minarsih, yang mengajak peserta untuk menyelami psikologi diri sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.
” Mengenali kepribadian diri dan pasangan membantu kita menyiapkan pernikahan yang lebih matang dan harmonis,” ujar perempuan yang akrab disapa Mimin ini.
Dalam paparannya “Mengenal Karakter Diri dan Pasangan”, Mimin membedah berbagai tipe kepribadian manusia, mulai dari Koleris yang tegas dan memimpin, Sanguis yang fleksibel dan sosial, Melankolis yang detail dan perasa, hingga Plegmatis yang cinta damai.
Selanjutnya, peserta diperkenalkan pada empat area diri, meliputi: area terbuka, area buta, area tertutup, dan area tidak dikenal. Penjelasan ini diberikan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa setiap orang memiliki sisi diri yang perlu terus dipahami dan dikembangkan.
Menurut perempuan yang telah menikah lebih dari 20 tahun ini, konflik rumah tangga sering terjadi bukan karena hilangnya cinta, melainkan karena kegagalan merespons perbedaan karakter tersebut secara spontan. “Cara kita merespon sesuatu secara spontan itulah karakter asli kita. Dengan memahaminya, kita bisa meminimalisir gesekan dengan pasangan kelak,” tambahnya.
Untuk mengeksplorasi karakter diri, peserta diminta menulis tiga pertanyaan reflektif mengenai karakter diri, kesenangan pribadi, serta gambaran pasangan yang diharapkan. “Jawaban kalian menunjukkan betapa uniknya karakter setiap orang, dan justru di situlah letak indahnya proses mencari pasangan.”
Mimin juga membahas alasan mengapa sebagian orang belum menemukan jodoh. Faktor-faktor seperti terhalang restu orang tua, kurangnya usaha, hingga sikap terlalu menutup diri kerap menjadi hambatan. “Ikhtiar itu wajib, tapi jangan lupakan jalur langit. Doa dan ridho orang tua adalah kunci penting dalam urusan jodoh,” tegasnya.
Sebagai penutup, Mimin kembali mengingatkan bahwa pernikahan adalah ibadah terpanjang yang menyatukan dua karakter berbeda. Karenanya, kesabaran seorang perempuan dalam mendampingi suami dan keluarga akan berbuah kebaikan.
“Allah menguji hamba-Nya dengan tiga cara: memberi secara langsung sebagai ujian syukur, menunda sebagai ujian kesabaran, atau tidak memberi pada waktu tertentu untuk menguji keyakinan. Setiap ujian memiliki tujuan. Yang penting adalah bagaimana kita meresponsnya,” pungkasnya. [Mh/dyta, fat, Salimah]


