ChanelMuslim.com – Kelanjutan dari artikel Pahlawan dari Persi dan Strategi Perangnya (1)
Kaum Muslimin panik dan mereka bagaikan kehilangan akal melihat hal yang tidak diduga-duga itu. Keadaan mereka dilukiskan oleh Al-Qur’an sebagai berikut:
(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. (Al-Ahzab: 10)
24.000 orang prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hisn menghampiri kota Madinah dengan maksud hendak mengepung dan melepaskan pukulan menentukan yang akan menghabisi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, agama serta para sahabatnya.
Pasukan tentara ini tidak saja terdiri dari orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai kabilah atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka.
Baca Juga: Serial Kepahlawanan dalam Sejarah Islam
Pahlawan dari Persi dan Strategi Perangnya (2)
Dan peristiwa ini merupakan merupakan percobaan akhir dan menentukan dari pihak musuh-musuh Islam, baik dari perorangan, maupun dari suku dan golongan.
Kaum Muslimin menginsafi keadaan mereka yang gawat ini, Rasulullah pun mengumpulkan para shahabatnya untuk bermusyawarah. Dan tentu saja mereka semua setuju untuk bertahan dan mengangkat senjata, tetapi apa yang harus mereka lakukan untuk bertahan itu?
Ketika itulah tampil seseorang yang tinggi jangkung dan berambut lebat, seorang yang disayangi dan amat dihormati oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Itulah Salman Al-Farisi.
Dari tempat ketinggian ia layangkan pandang meninjau sekitar Madinah, dan sebagaimana telah dikenalnya juga, didapatinya kota itu dikelilingi gunung dan bukit-bukit batu yang tak ubah bagai benteng.
Hingga disana terdapat pula daerah terbuka, luas dan terbentang panjang, hingga dengan mudah akan dapat diserbu musuh untuk memasuki benteng pertahanan.
Di negeri Persi, Salman telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik dan sarana perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah ia mengajukan suatu usul kepada Rasulullah, yaitu suatu rencana yang belum pernah dikenal orang-orang Arab dalam peperangan mereka selama ini.
Rencana itu berupa penggalian Khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota.
Dan hanya Allah yang lebih mengetahui apa yang akan dialami Kaum Muslimin dalam peperangan itu seandainya mereka tidak menggali parit atau usul Salman tersebut.
Demi Quraisy menyaksikan parit terbentang di hadapannya, mereka merasa terpukul melihat hal yang tidak disangka-sangka itu, hingga tidak kurang sebulan lamanya kekuatan mereka bagai terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos kota.
Dan akhirnya, pada suatu malam Allah Ta’ala mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-kemah dan memporak-porandakan tentara mereka.
Abu Sufyan pun menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung mereka, dalam keadaan kecewa dan berputus asa serta menderita kekalahan pahit. [Ln]